Setelah 3 Tahun Diculik Teroris, Jurnalis Jepang Akhirnya Dibebaskan

Tokyo – Setelah tiga tahun diduga diculik kelompok teroris saat bertugas di Suriah, jurnalis asal, Jepang, Jumpei Yasuda akhirnya dibebaskan. Ia hilang tiga tahun lalu saat meliput di daerah Jisr Al-Syughur, pedesaan Idlib, Suriah utara.

Sejumlah sumber mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadid, Selasa (23/10), Yasuda dibebaskan setelah pihak yang tidak disebutkan namanya membayar tebusan. Ia menghilang di Suriah sejak 2015 silam.

Menurut sumber yang disebut terpercaya itu, tebusan yang diserahkan sekitar satu juta dolar. Yasuda kemudian dibawa ke Turki untuk selanjutnya diterbangkan ke Negara asalnya.

Pemerintah Jepang melalui juru bicaranya, Selasa, mengonfirmasi berita itu. Seorang laki-laki Jepang yang diyakini berprofesi jurnalis telah dibebaskan dari penculikan kelompok teroris.

Pemerintah Jepang menambahkan bahwa pihaknya sedang menyelidiki masalah tersebut sehingga dapat mengkonfirmasi bahwa pria yang dibebaskan adalah Yasuda. Istri korban telah dikabari berita ini.

Sebelumnya, media Jepang mengatakan bahwa Jabhah Nusrah (saat ini bernama Hay’at Tahrir Al-Syam) menangkap Yasuda, setelah memasuki Suriah dari Turki. Ia hilang pada Juli 2015 saat memasuki wilayah yang dikontrol kelompok pejuang yang saat itu masih berafiliasi dengan kelompok teroris al-Qaeda.

Namun Hay’at Tahrir Al-Syam (HTS) membantah menculik Yasuda. Sampai saat ini belum ada pihak yang mengakui bertanggung jawab atas penculikan itu.

Yasuda mulai meliput di Timur Tengah pada awal tahun 2000. Dia pernah disandera saat meliput di Irak pada 2004 bersama tiga orang Jepang lainnya, tetapi dibebaskan setelah negosiasi.

Yasuda hilang kontak pada 23 Juni 2015, setelah melaporkan pada temannya bahwa rekannya sesama jurnalis, Kenji Goto, disandera dan telah dieksekusi oleh kelompok teroris Islamic State (ISIS).

Pada Juli lalu, Kenji Goto muncul dalam sebuah video dengan pakaian berwarna oranye dan dikelilingi dua orang bersenjata dengan muka tertutup. Goto mengatakan, “Saya berharap (pemerintah Jepang) menyelamatkanku.”

Para penculik menuntut pemerintah Jepang, melalui perantara, membayar uang sebagai ganti pembebasannya. Tetapi Tokyo menolak dan mengatakan tidak akan berurusan dengan teroris.