Sebelum menutup presentasinya dalam dialog mencegah paham radikal terorisme (Selasa, 20/10/2015), mantan Wakil Menteri Agama yang juga cendekiawan muslim Prof Nasaruddin Umar, membacakan sebuah hadits sahih. Hadits tersebut berisi tentang kerinduan Rasulullah terhadap sekelompok umat Islam yang ia sebut sebagai ‘kekasih’.
Dalam hadits tersebut, sejumlah sahabat yang berada di sekitar Rasulullah langsung mengajukan pertanyaan. Mereka bertanya, apakah yang disebut sebagai ‘kekasih’ adalah mereka. Nabi langsung membantah bahwa mereka bukanlah yang dimaksud Nabi dengan ‘kekasih’, lebih tepatnya mereka adalah sahabat Nabi.
Mendengar jawaban demikian, Nabi lantas menjelaskan bahwa yang ia maksud ‘kekasih’ yang sedang dirindukan adalah orang yang beriman kepada Islam jauh setelah masa kenabian dan berada di tempat yang jauh. Pertanyaanya kemudian siapa sebenarnya sang ‘kekasih’ Nabi itu?
Prof Nasaruddin meyakini bahwa yang dimaksud dengan hadis itu adalah umat Islam Indonesia. Kenapa? Karena sesuai petunjuk dalam teks hadits tersebut, sang ‘kekasih’ berada di masa terjauh setelah Nabi dan berada di tempat jauh dari Jazirah Arab dimana pertama kali Islam lahir.
Berdasarkan fakta sejarah, dari sisi waktu Kepulauan Nusantara yang kini dikenal dengan nama Republik Indonesia merupakan wilayah dunia terakhir yang mengenal Islam. Secara kronologis, Islam pertama kali disebar di wilayah Jazirah Arab. Setelah itu tersebar ke wilayah bekas Bizantium (Mesopotamia) termasuk Persia. Di waktu selanjutnya, Islam merambah seluruh wilayah di Afrika dan berlanjut hingga ke Eropa.
Setelah dunia barat terislamkan, wilayah berikutnya adalah kawasan Asia, seperti Turki dan China. Nyaris seluruh dunia sudah mengenal Islam dan hanya ternyata kawasan Nusantara. Dan inilah kawasan dunia terakhir yang mengenal Islam.
Demikian pula dengan soal jarak, kawasan Nusantara adalah wilayah terjauh dari pusat kelahiran Islam. Dua indikasi inilah yang membuat umat Islam Indonesia identik dengan sabda Rasulullah tersebut.
Uniknya, para ‘kekasih’ Nabi itu memiliki cara berislam yang khas dibanding wilayah lain di dunia. Islam Nusantara sebagai anak ‘bontot’ Islam dan juga terjauh itu dikenal mengedepankan nilai-nilai ramah dan rahmat dan tidak mengedepankan kekerasan dalam penyebarannya.
Prof Nasar pun berkesimpulan bahwa para ‘kekasih’ Nabi itu harus miliki identitas yang ramah dan penuh rahmat sebagaimana yang sudah identik dengan umat Islam di Nusantara. ‘Kekasih’ Nabi tentu saja bukan kelompok perusak dan teror.
Semoga kita jadi bagian ‘kekasih’ Rasulullah sesuai nubuat dalam hadits tersebut. Amin.
Bersama Cegah Terorisme!