Jakarta – Sekretaris Utama (Sestama) BNPT Mayjen (TNI) Abdul Rahman Kadir menilai keberadaan blueprint perlindungan menjadi salah satu kunci untuk menjalin sinergi dalam pencegahan aksi terorisme. Untuk itu, ia sangat berharap masukan, saran, dan pendapat, dari para ahli dan lembaga terkait dalam Uji Publik Naskah Blueprint Perlindungan BNPT di Hotel Santika, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Menurutnya Mayjen Abdul Rahman Kadir, masukan dan saran ini sangat penting untuk menyempurnakan blueprint perlindungan tersebut. Dan dengan adanya uji publik ini diharapkan penyusunan blueprint bisa selesai lebih cepat, meski ke depan penyempurnaan akan terus dilakukan.
“Saya punya keyakinan blueprint perlindungan ini butuh terus penyempurnaan. Memang kalau dari sisi kita sepertinya sudah sempurna, tapi kalau dilihat orang lain dari bidang masing-masing, saya yakin akan ditemukan kelemahan dan kekurangan. Itulah yang diharapkan BNPT dari kegiatan ini, sehingga blueprint ini bisa lebih disempurnakan lagi,” ujar Mayjen Abdul Rahman Kadir.
Ia mengungkapkan, penyusunan blueprint perlindungan ini telah melalui proses panjang. Mulai dari studi literatur, konsultasi, rapat penulis dan tim lapangan, verifikasi data, evaluasi, sampai dengan evaluasi keempat dan sosialisasi, dan sampai ke tahap uji publik ini.
Mayjen Abdul Rahman Kadir melanjutkan, perlindungan dari aksi terorisme ini mutlak harus dilakukan secara bersamasama dan tidak mungkin itu dilakukan oleh BNPT dan aparat saja. Yang pasti, blueprint ini akan menjadi landasan untuk bekerjasama bersama-sama dalam mencegah terjadinya aksi terorisme.
“Kita harapkan ada keterkaitan dan hubungan antara satu lembaga dengan lembaga yang lain sehingga upaya perlindungan ini bisa maksimal. Kalau kita masing-masing bekerja tidak ada hubungan, jangan harap hasilnya bisa maksimal. Dengan adanya blueprint inilah nantinya keterkaitan dan hubungan dalam pencegahan terorisme ini bisa terjalin dengan baik karena ke depan ancaman terorisme bukan semakin ringan, tapi justru semakin berat,” paparnya.
Sestama BNPT kemudian mengajak semua pihak untuk melihat kejadian-kejadian di Syria dan Irak, dimana aksi terorisme semakin menggila. Ia menilai, kelompok radikal ISIS lebih ganas dibandingkan dengan teroris Afganistan.
“ISIS ini punya dana, mampu merekrut orang dari segala penjuru dunia, garis keras, militansi tinggi. Bahkan mereka berani mengancam Kapolri dan Panglima TNI. Ini jelas bukan isapan jempol belaka sehingga kita harus mengantisipasi terutama dalam melindungi obyek-obyek vital masyarakat, lingkungan transportasi, gedung-gedung VVIP, dan lain-lain,” ungkap Mayjen Abdul Rahman.
Yang pasti, lanjut Sestama BNPT, blueprint perlindungan ini adalah landasan kerja Direktorat Perlindungan untuk bisa bekerjasama dari berbagai lembaga lainnya. Karena itu, ia berharap masukan dan kritik untuk melengkapi blueprint ini. Ia yakin kalau blueprint ini tidak sempurna, maka koordinasi yang dilakukan tidak bisa berjalan sempurna.