Semarang – Upaya menangkal paham radikalisme dan terorisme di lingkungan perguruan tinggi dengan menggelar seminar terus digaungkan di lingkungan kampus. Hal ini terlihat saat Universitas Semarang (USM) menggelar seminar nasional bertemakan “Pencegahan Paham Radikalisasi Bagi Mahasiswa Indonesia Menuju Generasi Emas 2045″ dengan mendatangkan 20 Mantan Narapidana Kasus Terorisme (Napiter) di Auditorium Ir Widjatmoko USM, pada Kamis (9/11/2023).
Bahkan seminar ini meraih Rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) karena bisa mendatangkan mantan napiter terbanyak untuk memberikan gambaran ataupun pencerahan mengenai bahaya paham radikalisme dan terorisme kepada para mahasiswa. Dalam seminar ini USM menerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) dan Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror Polri sebagai kampus yang menerapkan progam pencegahan anti intoleransi dan anti paham radikal terorisme.
Kepala BNPT RI, Komjen Pol. Prof Dr. Rycko Amelza Dahniel, M.Si., yang turut hadir untuk memberikan Keynote Speech pada seminar tersebut sangat mengapresiasi terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan USM dalam membendung masuknya paham radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus.
“Saya salut dan bangga dengan kampus ini yang sudah menjadi pelopor kampus USM ini yang telah menjaga ke Indonesiaan, yang ditandai dengan berbagai infrastruktur yang sudah dibangun dengan membentuk UPNS (Unit Pengelola Non Struktural) antara lain yang sudah saya dapatkan laporan membentuk UPNS pencegahan dan penanganan anti intoleransi, anti perundungan dan anti korupsi,” ujar Komjen Pol Ryco Amelza Dahniel.
Kepala BNPT juga salut kepada USM yang sudah membangun UPNS pembinaan karakter bela negara dan wawasan kebangsaan, Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa (UKM PIB), membentuk Satgas anti intoleransi mahasiswa.
“Termasuk pada kegiatan seminar pada siang hari ini dalam rangka membangun kesadaran kita dan keterlibatan daripada seluruh civitas akademika dalam rangka mencegah infiltrasi masuknya ideologi kekerasan, radikalisme dan terorisme di kalangan mahasiswa, terutama di kampus ini Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada bapak Rektor dan seluruh civitas akademika dan mahasiswanya,” ujar Komjen Pol Rycko.
Alumni Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1988 ini mengatakan ada empat alasan mengapa pendidikan kebangsaan sangat penting bagi mahasiswa dan civitas akademika diseluruh kampus Indonesia.
“Kenapa Pendidikan kebangsaan itu penting ? Pertama, karena radikalisme dan terorisme tidak sesuai karena mengancam keutuhan bangsa kita yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar mantan Kalemdiklat Polri ini.
Alasan kedua, karena radikalisme dan terorisme ini dapat merusak pelestarian peradaban umat manusia dan merobek-robek kemanusiaan. Alasan ketiga yakni, karena yang menjadi target radikalisasi adalah tiga kelompok rentan yaitu perempuan anak-anak dan remaja atau mahasiswa.
“Yang keempat, pendidikan kebangsaan ini penting dilakukan di kampus sekolah karena paham radikalisme dan terorisme ini memanipulasi kesucian dan simbol-simbol agama serta atribut daripada agama untuk kepentingan politik, untuk kepentingan merebut kekuasaan dan menghalalkan cara atas nama agama,” ujar mantan Kabaintelkam Polri ini.
Kepala BNPT menyebut sosialisasi bahaya radikalisme intensitasnya ditingkatkan seiring menjelang diadakannya Pemilu 2024 mendatang dan antisipasi dampak dari penyerangan Gaza. Pihaknya ingin adanya sosialisasi dapat meningkatkan kesadaran publik bahaya paham radikal.
“Biasanya memanfaatkan situasi media untuk merekrut memberangkatkan orang, dan penggalangan dana untuk kepentingan terorisme,” tutur mantan Kapolda Jawa Tengah ini.
Oleh karena itu diperlukan pendekatan ke kampus. Sebab generasi muda menjadi sasaran dan target baik secara offline maupun online. “Oleh sebab itu perlu dibangun kesadaran dan pemahaman publik terkait bahaya terorisme,” ujar mantan Gubernur Akpol ini.
Di akhir sambutannya Kepala BNPT pun menaruh harapan besar bahwa apa yang dilakukan USM ini bisa menjadi pelopor bagi kampus – kampus lainnya dalam merawat wawasan kebangsaan.
“Dalam kesempatan ini saya tentunya menaruh harapan yang sangat besar kepada kampus USM, semoga kampus ini terus menjaga konsistensi untuk menjadi kampus kebangsaan yang menjaga di Indonesia dan menjadi pelopor bagi kampus-kampus lain di Indonesia, kita semua yang mencintai Indonesia. Semoga Tuhan yang maha kuasa menjaga kita, menjaga keluarga kita, menjaga generasi muda penerus kita, dan menjaga anak-anak kita untuk selalu mencintai Indonesia sampai kita semua menutup mata dan menghadap kepada sang pencipta,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut Rektor USM, Dr Supari, ST, MT., mengatakan USM mengajak untuk merawat 4 pilar utama bangsa Indonesia yaitu Pancasila, Undang-Undang dasar 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, keragaman itu nyata dan ada sejak sebelum bangsa ini ada, sejak generasi sebelum kita,dan akan berlanjut keberagaman itu sampai generasi-generasi yang meneruskan.
“Saya sampaikan dan garis bawahi bahwa salah satu visi dari Universitas Semarang adalah visi berkeIndonesiaan, saya kira sudah menjadi hal yang biasa bahwa visi perguruan tinggi adalah menghasilkan ilmu pengetahuan teknologi untuk diterapkan di masyarakat dan menghasilkan lulusan yang profesional unggul yang mampu memberikan solusi di masyarakat,” ucapnya.
Oleh karena itu menurutnya, di USM oleh para pendiri dicetuskan untuk segera dan sudah dilaksanakan pendirian unit kegiatan mahasiswa yang namanya pengawal ideologi bangsa yang menjadi salah satu ciri kenapa USM berkeindonesiaan.
“Karena didalamnya salah satunya adalah ada unit kegiatan mahasiswa pengawal ideologi bangsa. Di unit mahasiswa inilah yang akan menjadi tempat bertumpunya program-program tentang pentingnya toleransi anti radikalisme dan anti terorisme,” lanjutnya.
Sementara itu Perwakilan Tim MURI Semarang, Sri Widyati mengatakan kalau pihaknya memberikan apresiasi yang luar biasa atas terselenggaranya acara seminar nasional yang mampu mendatangkan 20 Mantan Napiter ini.
“Saya berkesempatan menghadiri acara yang spektakuler yaitu seminar anti radikalisme dengan narasumber mantan napi terorisme terbanyak yang kebetulan hari ini dihadiri oleh Kepala BNPT. Jadi ini kami memberikan apresiasi yang luar biasa atas terselenggaranya kegiatan ini. Harapannya kegiatan ini mampu mengantisipasi dan mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui berbagai pendekatan baik itu hukum, psikologi, agama, ekonomi, maupun pendidikan,” ucapnya.
Dalam seminar ini Kepala BNPT tampak didampingi plt. Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi yang juga menjabat sebagai Direktur Perlindungan, Brigjen Pol. Drs. Imam margono, Deputi bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan, Irjen Pol. Ibnu Suhendra, S.Ik, Direktur Pencegahan, Prof. Dr. Irfan Idris, MA, Direktur Penindakan, Brigjen Pol. Dr. Muhammad Rosidi, Kasubdit Kontra Propaganda, Kolonel Sus. Drs. Solihuddin Nasution, M.Si., dan Mitra Deradikalisasi ustad Nasir Abbas.
Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip, Prof Sudharto P Hadi MES PhD, Anggota Pembina Yayasan Alumni Undip, Ir Soeharsojo IPU, Ketua Pengurus Yayasan Alumni Undip, Prof Dr Ir Hj Kesi Widjajanti SE MM, Wakil Rektor I Prof Dr Ir Sri Budi Wahjuningsih MP, Wakil Rektor III USM, Dr Muhammad Junaidi SHI MH, serta para pejabat struktural USM.