Mali – Pasukan Prancis menewaskan 33 militan dalam sebuah serangan udara yang menggunakan helikopter, pesawat tanpa awak. Serangan itu dilakukan di dekat perbatasan dengan Mauritania di mana sebuah kelompok yang terkait dengan al-Qaeda beroperasi.
Serangan yang dilancarkan sekitar 150 km barat laut Mopti di Mali menargetkan wilayah hutan yang sama di mana Prancis salah mengklaim tahun lalu bahwa mereka telah membunuh Amadou Koufa. Koufa adalah salah satu militan paling senior yang diburu oleh pasukan Prancis di Sahel.
Komando militer Prancis mengatakan dalam serangan pada Sabtu waktu setempat itu, tentara yang menumpangi helikopter serang Tiger menggunakan drone Reaper untuk memandu mereka ke daerah hutan tempat kelompok Koufa, Katiba Macina, beroperasi.
Koufa adalah salah satu wakil tertinggi untuk Iyad Ag Ghali, pemimpin kelompok milisi Mali yang paling terkemuka, Jama’at Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM), yang telah berulang kali menyerang tentara dan warga sipil di Mali dan negara tetangga Burkina Faso.
Seorang juru bicara untuk kepala staf tentara Prancis menolak mengatakan apakah Koufa adalah target serangan ini.
Untuk diketahui operasi itu terjadi di bagian lain Mali di mana 13 tentara Prancis tewas bulan lalu dalam kecelakaan helikopter saat melacak sebuah kelompok militan yang dicurigai terkait dengan Negara Islam.
Itu adalah kehilangan terbesar pasukan Prancis dalam satu hari sejak serangan di Beirut 36 tahun lalu dan menimbulkan pertanyaan tentang harga korban manusia dalam kampanye enam tahun Prancis melawan gerilyawan Islam di Afrika Barat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan operasi itu dalam pidatonya kepada komunitas Prancis di kota utama Abidjan di Pantai Gading, menggambarkannya sebagai keberhasilan besar.
“Pagi iniā¦kami bisa menetralisir 33 teroris, mengambil satu tahanan dan membebaskan dua polisi Mali yang disandera,” kata Macron, sehari setelah mengunjungi pasukan Prancis yang ditempatkan di Pantai Gading seperti dikutip dari Reuters, Minggu (22/12/2019).
Sementara pihak berwenang Mali menyambut keberhasilan serangan itu. “Senang bahwa perang melawan terorisme mengambil langkah yang lebih ofensif,” kata juru bicara pemerintah Yaya Sangare dalam sebuah pesan kepada Reuters.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Prancis, dan Amerika Serikat (AS) telah menggelontorkan miliaran dolar untuk menstabilkan Sahel, sebuah wilayah kering di Afrika Barat di selatan gurun Sahara, tetapi hanya sedikit menunjukkan keberhasilan.
Prancis, bekas kekuatan kolonial di sejumlah negara Afrika Barat, memiliki lebih dari 4.000 tentara di kawasan itu dalam satuan tugas anti-terorisme mereka Operasi Barkhane.