Baghdad – Serangan roket menghantam area di bandara Arbil di utara Irak, pada Selasa (16/2). Serangan ini diklaim menargetkan keberadaan pasukan Amerika Serikat (AS) yang juga menjaga lokasi tersebut.
AFP melaporkan terdengar beberapa kali ledakan besar di barat laut Arbil, ibu kota wilayah otonom Kurdistan.
Sementara itu, sumber keamanan Irak dan koalisi AS mengatakan bahwa setidaknya tiga roket diarahkan ke bandara.
Sejauh ini, aparat berwenang tidak memberikan informasi detail terkait potensi korban dan kerusakan. Hujanan roket ini merupakan yang pertama menyasar fasilitas diplomatik AS di Irak sejak dua bulan terakhir.
Fasilitas militer dan diplomatik AS dan negara Barat kerap menjadi sasaran puluhan roket dan serangan bom sejak 2019 lalu. Sebagian besar serangan terjadi di Baghdad.
AS dan Irak menyalahkan kelompok bersenjata termasuk faksi pro-Iran Kataeb Hisbullah dan Asaib Ahl al-Haq terhadap serangan-serangan tersebut.
Kedua kelompok itu sangat menentang kehadiran tentara AS dan koalisi asing sejak 2014 itu. Koalisi AS hadir di Irak untuk membantu militer negara itu melawan kelompok ISIS.
Setelah kejatuhan ISIS, koalisi asing telah memulangkan lebih dari 3.500 pasukan, termasuk 2.500 personel AS.
Sumber koalisi menuturkan basis bagi sebagian besar koalisi asing itu berada di kompleks militer bandara Arbil.
Pada Oktober lalu, AS mengancam akan menutup kedutaan besarnya di Baghdad jika serangan roket tak berhenti. Hal itu membuat kelompok ekstremis setuju menerapkan gencatan senjata.
Meski begitu, sebelum terjangan tiga roket hari ini, terdapat sejumlah pelanggaran gencatan senjata. Salah satunya tembakan roket yang menargetkan kedutaan AS pada 20 Desember.