Jakarta – Kelompok teroris yang berafiliasi dengan Al-Qaeda mengaku bertanggung jawab atas serangan pekan lalu di bagian utara Mali. Serangan itu menewaskan 2 penjaga perdamaian PBB.
Dikutip dari AFP, Rabu (14/6/2023), Mali telah bergulat dengan krisis politik dan keamanan sejak 2012 saat terjadi pemberontakan separatis di bagian utara. Krisis kemudian menyebar ke negara tetangga di Nigeria, dan Burkina Faso.
Pasukan penjaga perdamaian PBB di Mali, yang disebut MINUSMA, mengatakan “serangan kompleks” dengan alat peledak improvisasi dan tembakan langsung menargetkan patroli Jumat (8/12) di dekat kota Ber, di wilayah Timbuktu.
Para korban berasal dari kontingen dari Burkina Faso, kata misi tersebut.
Kelompok Pendukung untuk Islam dan Muslim (GSIM) mengatakan telah melakukan serangan itu. GSIM dibentuk oleh penggabungan empat kelompok: Ansar Dine, Front Pembebasan Macina, Al-Mourabitoun dan cabang Sahara Al-Qaeda di Maghreb Islam.
Klaim itu dibuat di situs propagandanya Al-Zallaqa, kata kelompok intelijen SITE.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Selasa (13/6), mendesak perampingan misi penjaga perdamaian yang telah berusia satu dekade di Mali. Meski hasil tak maksimal, namun kehadiran penjaga perdamaian masih dibutuhkan.
“Dengan Mali memasuki periode penting yang mengarah pada kembalinya kekuasaan konstitusional, kehadirannya yang berkelanjutan tetap tak ternilai harganya,” kata Guterres, mengacu pada MINUSMA.