Jakarta – Pusat studi yang juga lembaga pendidikan Pascasarjana ternama di Singapura, S Rajaratnam School of International Studies (RSIS) pada Selasa (3/1/2023) menerbitkan sebuah laporan yang menyebutkan bahwa pada September 2022 lalu kelompok ISIS pernah menyerukan umat Islam di Singapura bersama negara-negara Asia lainnya maju bergabung dengan kelompok mereka.
Dalam penilaian ancaman tahunan sebagai bagian dari Tren dan Analisis Kontra Teroris RSIS yang diterbitkan secara teratur, salah satu pejabat lembaga think tank tersebut, Kumar Ramakrishna, mengatakan untuk memperhatikan rekaman audio yang dirilis tahun lalu oleh afiliasi media Al-Furqan.
Dalam rekaman berdurasi 36 menit itu, juru bicara ISIS, Abu Umar al-Muhajir, menyerukan umat Islam di seluruh dunia untuk bergabung dengan barisan kelompok militan tersebut.
Abu Umar al-Muhajir secara khusus meminta umat Islam di Asia Timur dari Filipina, Singapura, Malaysia, Indonesia, India, dan negara-negara lain untuk bergabung dengan ISIS. Abu Umar juga meminta para pemimpin Negara Islam di Asia Timur untuk melawan komunis dan kafir di negara mereka.
Laporan RSIS setebal 116 halaman mencatat bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri Singapura (ISD) telah menilai bahwa ancaman dari ekstremisme dan terorisme Islam baik dari kelompok terorganisir yang berbasis di luar negeri maupun aktor tunggal yang teradikalisasi sendiri berbasis lokal tetap tinggi pada 2022.
Dalam bagian yang berfokus pada Singapura, analis RSIS Kalicharan Veera Singam dan Abigail Leong menjelaskan bahwa Internet terus memainkan peran penting dalam mempertahankan momentum gerakan jihad global.
“‘Jihad dunia maya’ ini, yang dilakukan di medan perang virtual tanpa batas, merupakan ladang ranjau keamanan potensial dalam masyarakat yang sangat terhubung secara digital seperti Singapura,” tulis analis RSIS seperti dilansir Channel News Asia pada Jumat (6/1/2023).
RSIS juga menyebut bahwa perkembangan di kawasan dan lebih jauh ke luar negeri juga dapat bergema lebih dekat ke dalam negeri. Mengutip bagaimana kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan telah menimbulkan kekhawatiran akan kebangkitan aktivitas jihadis di Asia Tenggara .
“Ini terutama mengingat hubungan sejarah antara Taliban, Al-Qaeda dan jaringan regional seperti JI (Jamaah Islamiyah). Namun, lebih dari satu tahun, ada bukti terbatas tentang kolaborasi antara kelompok teroris yang disebutkan di atas, atau jihadis Asia Tenggara yang melakukan (migrasi) ke teater Afghanistan,” pernyataan analis RSIS.