Semarang – Gubernur Akademi Kepolisian (Akpol) Irjen Pol. Rycko Amelza Dahniel sepakat dengan Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, bahwa taruna Akpol harus bisa menjadi teladan saat sudah bertugas sebagai anggota Polri. Pasalnya tanpa keteladanan, akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan baik dari keluarga maupun masyarakat.
“Saya bersyukur hari ini, Kepala BNPT tidak hanya memberikan paparan tentang strategi penanggulangan terorisme, tetapi juga wawasan kebangsaan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan tanggungjawab pada negara dan dirinya sendiri. Para pemimpin harus memiliki keteladanan, karena tanpa keteladanan tidak akan dapat kepercayaan baik dari keluarga dan masyarakat,” ujar Irjen Pol. Rycko Amelza Dahniel.
Sebelumnya, Kepala BNPT Komjen Pol Drs. Suhardi Alius, MH, memaparkan strategi penanggulangan terorisme secara gamblang pada acara Studium Generale (kuliah umum) dengan tema “Bahaya Radikalisme dan Terorisme di Kalangan Remaja dan Kampus” di Gedung Graha Cendekia, Akpol, Semarang, Rabu (14/2/2018). Selain paparan tentang radikalisme dan terorisme, Komjen Suhardi Alius juga memberikan pemahaman wawasan kebangsaan dan keteladanan kepada 1200 taruna Akpol.
Gubernur Akpol menerangkan, studium generale ini adalah tradisi akademik di Akpol untuk membuka semester baru 2017/2018. Tujuannya menghadirkan seorang tokoh, cendekiawan Polri, dan praktisi yang berhasil sehingga bisa jadi role model bagi para taruna agar bisa jadi tauladan nantinya.
Untuk topik kali ini, lanjut Irjen Rycko, tentang radikalisme dan terorisme. Menurutnya, ini penting karena para taruna Akpol ini nantinya akan jadi pemimpin sehingga harus paham tentang bahaya radikalisme dan terorisme, bagaimana cara menghadapi, dan bisa menyiapkan diri sejak awal menghadapi ancaman tersebut. Selain itu, paparan ini sangat penting karena tidak bisa dipastikan taruna ini tidak bisa disentuh proses radikalisasi.
“Mereka harus paham dan memiliki ketahanan dan imunitas dari radikalisasi yang faktanya sudah masuk ke dalam kampus karena tidak menutup kemungkinan taruna Akpol terkena radikalisasi ini akibat keberadaan internet dan media sosial yang semakin canggih,” pungkas mantan Kapolda Sumatera Utara ini.