Kendari – Penyebaran radikalisme sebagai akar terorisme, disebut terjadi semakin masif di Sulawesi Tenggara. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan upaya pencegahan melalui pendekatan seni dan sastra.
Di kegiatan Dialog Pelibatan Komunitas Seni dan Sastra dalam Pencegahan Terorisme di Kota Kendari, Kamis (20/7/2017), Ketua Bidang Ekonomi Sosial Budaya dan Hukum Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggara, Yuni Susilowati, mengatakan masifnya penyebaran paham radikal terorisme di Sulawesi Tenggara di antaranya nampak dari maraknya pendirian lembaga pendidikan terspesifikasi.
“Mereka (pengusung radikalisme) juga berupaya mendominasi masjid untuk dijadikan inkubator jihad , propaganda dan indoktrinasi,” kata Yuni.
Hasil penelitian lain, lanjut Yuni, pengusung radikalisme juga mulai melakukan penetrasi gerakan di kampus dan kelompok masyarakat tertentu. “Yang dikampus sasarannya adalah dosen dan mahasiswa, sedangkan di kelompok masyarakat mereka menjadikan kepala desa dan tokoh masyarakat sebagai pintu masuk,” ungkapnya.
Kegiatan dialog pelibatan komunitas seni, masih kata Yuni, diharapkan mampu menghasilkan jawaban yang solutif atas permasalahan yang ada.
“Seni dan sastra memiliki kekuatan untuk meredak radikalisme,” pungas Yuni.
Ketua FKPT Sulawesi Tenggara, Ryha Madi, dalam sambutannya memberikan satu contoh pantun bagaimana produk sastra yang lunak dapat menjadikan radikalisme bisa dilawan.
“Sungguh harum bunga melati, elok dipandang sejuklah hati. Hidup aman bertoleransi, NKRI aman dan damai,” kata Ryha disambut tepuk tangan hadirin dan peserta kegiatan.
Sementara Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Andi Intang Dulung, mengatakan BNPT memilih seni dan sastra sebagai sarana pencegahan terorisme karena meyakini kekuatan yang dikandung di dalamnya.
“Saya meyakini bahwa orang yang memiliki jiwa seni pastinya memiliki hati lembut, sehingga dengan jiwa seni maka akan menghasilkan jiwa yang santun dan cinta damai,” ungkap Andi Intang.
Kegiatan Dialog Pelibatan Komunitas Seni dalam Pencegahan Terorisme di Kendari menghadirkan sastrawan Aan Mansyur, Fikar W. Eda, dan budayawan dan akademisi asal Kendari, Irianto Ibrahim.
“Apa yang kita lakukan hari ini tidak harus kita rasakan hasilnya saat ini juga. Bisa jadi hasilnya akan nampak lima atau sepuluh tahun ke depan,” kata Aan mengenai kegiatan yang dihadirinya.
Kegiatan Dialog Pelibatan Komunitas Seni dalam Pencegahan Terorisme di Kendari terselenggara atas kerjasama BNPT dan FKPT Sulawesi Tenggara. Kegiatan yang sama sudah dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia di sepanjang tahun 2017. [shk/shk]