Seni Budaya Jembatan Perkuat Persatuan di Tengah Keragaman dan Perbedaan Indonesia

Yogyakarta – Masyarakat diharapkan terus memperkuat moderasi beragama. Salah satunya melalui seni dan budaya. Pasalnya, seni budaya bisa menjadi jembatan untuk memperkuat persatuan di tengah keragaman dan perbedaan Indonesia.

“Seni memiliki karakter membuka ruang toleransi untuk membangun kebersamaan dan keselarasan,” kata Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana dalam keterangan di Jakarta, Minggu (4/12/2022).

Pernyataan itu diucapkan Ari saat menghadiri Sarasehan Festival Penguatan Moderasi Beragama Berbasis Seni Keagamaan yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Hindu Kementerian Agama di Yogyakarta, Minggu (5/12/2022).

Ari menilai para seniman memainkan peran personal sekaligus juga peran kolektif dalam setiap atraksi seni. Masing-masing penampil yang membawakan karya bersama harus bertoleransi dan berkolaborasi sehingga tercipta karya seni yang indah.

Misalnya, tambahnya, dalam paduan suara, masing-masing vokalis memiliki karakter suara sendiri, yakni sopran, alto, tenor, dan bass. Namun, katanya, ketika jenis suara itu dipadukan, maka masing-masing penyanyi dalam kelompok paduan suara itu harus bisa menekan ego untuk mewujudkan keselarasan.

“Begitulah moderasi beragama, toleransi, saling menghormati, dan saling bekerja sama merupakan fondasi untuk tercipta kerukunan dalam masyarakat,” jelasnya.

Dia juga menyampaikan bahwa Candi Prambanan merupakan simbol yang paling kasat mata tentang aktualisasi moderasi beragama seperti dicontohkan nenek moyang di masa lampau.

“Itu terlihat dari keberadaan Candi Siwa yang berdampingan dengan Candi Brahma dan Candi Wisnu. Candi Prambanan, yang merupakan peninggalan Hindu, juga berdampingan dengan Candi Sewu, Candi Bubrah, dan Candi Lumbung yang bercorak Buddha,” katanya.

Keharmonisan itu kemudian terekam dan ditulis oleh Mpu Tantular dalam kitab Kakawin Sutasoma, khususnya melalui Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu, Ari juga mengingatkan bahwa nenek moyang telah memadukan kegiatan beragama dengan berkesenian.

“Hal itu terlihat jelas dalam panel relief Tarian Siwa Tandawa dan berbagai jenis alat musik yang terukir di Candi Prambanan,” ujar Ari Dwipayana.

Acara sarasehan tersebut dihadiri oleh Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Al-Makin, cendekiawan Islam Ulil Absar Abdala, Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Nanik Sri Prihatini.