Damaskus – Ribuan anggota ISIS kini berada di kamp pengungsian Al-Hol, Suriah timur, yang dikuasai Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS). Diantara ribuan pengungsi dan mantan petempur ISIS itu, sebagian adalah Warga Negara Indonesia (WNI).
Sama dengan anggota ISIS dari Inggris, AS, Australia, WNI anggota ISIS juga ingin pulang ke negaranya, setelah kekuatan ISIS hancur lebur di Irak dan Suriah. Inggris dan negara Eropa lainnya, juga AS, Australia, telah menolak keinginan mantan warganya yang pernah bergabung dengan ISIS. Kini Indonesia juga menghadapi keinginan yang sama dari orang-orang yang pernah mengkhianati tanah airnya untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.
Mereka sebelumnya berada di Baghuz, kantong terakhir kelompok ISIS, yang direbut oleh Pasukan Demokratik Suriah, SDF pimpinan suku Kurdi. Salah seorang warga Indonesia, Maryam, menyebut berasal dari Bandung, Jawa Barat. Dia menyatakan ingin pulang ke Indonesia.
Bersama empat anaknya, Maryam ditemui di Al-Hol pada pekan pertama bulan Maret oleh Afshin Ismaeli, seorang wartawan lepas.
“Saya dengan empat anak dan keluar dari Baghuz…kami ingin pulang ke negara asal kami, ke Indonesia,” kata Maryam dalam rekaman video yang dibuat Afshin dikutip dari laman bbc.com Indonesia.
“Kondisi di kamp itu sangat, sangat buruk dan memprihatinkan. Tidak cukup untuk menampung ribuan orang, tidak ada bantuan. Ada yang membagi makanan tapi tak cukup untuk semua,” ujar Afshin
Warga Indonesia yang ditemui Afshin baru keluar dari Baghouz, namun ia mengatakan banyak pengungsi yang telah bertahun-tahun di kamp itu.
Pasukan SDF yang didukung Amerika Serikat dilaporkan telah menahan lebih dari 5.000 milisi asal Suriah dan mancanegara sejak Januari lalu. Mereka ditempatkan di berbagai penjara, sementara perempuan dan anak-anak ditempatkan di kamp pengungsi.
Menurut salah seorang pejabat Kurdi Abdul Karim Omar lebih dari 9.000 keluarga pendukung ISIS yang berasal dari luar negeri ditampung di kamp Al-Hol. Kamp ini dibangun untuk sekitar 20.000 orang, namun saat ini menampung lebih dari 70.000 orang.
Namun Abdul Karim Omar mengaku sangat kecewa dengan dunia internasional karena merasa seolah dibiarkan untuk menangani para petempur ISIS. Bahkan banyak negara asal anggota ISIS yang telah mencabut kewarganegaraan para pengungsi tersebut. Abdul Karim mengatakan pihaknya kewalahan menampung para milisi yang ditahan ini.
“Kurdi telah sangat menderita selama ini berada di bawah ISIS dan juga melawan kelompok militan itu,”
Abdul Karim memperingatkan bahwa membiarkan anggota ISIS di kawasan yang tak stabil seperti di Suriah, akan menimbulkan masalah.