Sengatan Pedang Lone Wolf Untuk Sang Bidadari

Sleman – Pagi di hari Minggu pada tanggal (11/2/2018) seperti biasa warga jemaat Gereja Lidwina di Bedog, Sleman, berkumpul pada pukul 07.30 untuk melakukan peribadatan. Suasana hikmat misa pada pagi itu tiba-tiba menjadi kepanikan oleh teriakan anggota jemaat yang masuk ke dalam gereja dengan luka dikepala, jemaat yang lain dan anak-anak secara spontan lari berhamburan.

Tidak puas dengan melukai anggota jemaat, seorang pria yang membawa pedang tersebut menghampiri Romo Karl Edmund Pier yang tengah memimpin misa dan kemudian menyabetkan pedangnya hingga melukai Romo Pier.

Anggota polisi yang datang ke Gereja juga tidak luput dari serangan pelaku hingga menyebabkan luka ditanganya. Dengan terpaksa aparat kepolisian melepaskan tembakan yang mengenai kaki kanan dan kiri pelaku baru kemudian aparat dapat mengamankanya.

“Status pelaku dari Identitasnya mahasiswa, tapi sekali lagi kondisi pelaku belum stabil belum bisa kita mintai lebih dalam, termasuk tempat tinggal pelaku,” kata Brigjen Ahmad Dofiri.

Belakangan diketahui bahwa pelaku penyerangan yang merupakan seorang mahasiswa asal Banyuwangi tersebut bernama Suliyono dan melakukan aksi serangan seorang diri atau yang dikenal dengan istilah Lone Wolf.

Seorang lone wolf (penyerang tunggal) dalam menjalankan aksinya tidak terhubung dengan jaringan manapun. Namun dia terpengaruh dari media sosial dan terpapar dari propaganda kelompok radikal dan teroris yang tersebar di dunia maya sehingga kemudian dia mempunyai keyakinan dan keberanian untuk menjalankan serangan terornya.

“Kalau kita lihat dari peristiwanya, pelaku beraksi seorang diri,” kata Ari Dono di Gereja Saint Lidwina, Sleman, Minggu (11/2/2018).

Ari menjelaskan pihaknya juga belum dapat memastikan Suliyono terkait jaringan teroris atau tidak. Jajaran Densus juga diturunkan untuk memastikan.

“Densus sudah pasti turun untuk membantu menganalisa dan menyelidiki semua peristiwa ini apakah aksi teror atau orang per orang. Sudah pasti Polri akan ungkap kasus ini, apakah pelaku jaringan, masih dalam penyelidikan,” ujarnya.

Dikutip dari www.detik.com, Mistaji (58) ayah pelaku yang ditemui dikediamanya, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Menceritakan bahwa pelaku sempat menelpon keluarganya sehari sebelum beraksi. Dia mengaku ingin menikah dengan bidadari.

“Sempat telepon hanya menanyakan kabar saya dan keluarga. Ya saya bilang sehat semua,” ujar Mistaji.

Mistaji sempat meminta anaknya untuk pulang ke Banyuwangi dan menikah. Namun Suliyono menolak.

“Saya suruh pulang ke Banyuwangi. Tapi menolak. Saya malah minta dia segera menikah. Malah dijawab dia ingin menikah dengan bidadari,” ujar Mistaji.