Seluruh Masyarakat Perlu Berpartisipasi Lakukan Kontranarasi Terhadap Konten Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme di Dunia Maya

Seluruh Masyarakat Perlu Berpartisipasi Lakukan Kontranarasi Terhadap Konten Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme di Dunia Maya

Jakarta – Seluruh lapisan masyarakat perlu untuk berpartisipasi dalam
melakukan kontranarasi terhadap setiap konten yang berbau intoleransi,
radikalisme, hingga terorisme di dunia maya. Ini penting dalam melawan
penyebaran konten-konten negatif tersebut yang memanfaatkan dunia
digital dalam melakkan propaganda dan perekrutan anggota.

Anggota Kelompok Ahli BNPT Bidang Kerja sama Internasional Darmansjah
Djumala mengatakan, upaya penanggulangan terorisme, termasuk
propaganda paham intoleransi, kekerasan, dan ekstrimisme di dunia maya
bukan hanya tugas 48 kementerian/lembaga yang dilibatkan BNPT dalam
rencana aksi nasional pencegahan dan penanggulangan ekstremisme dan
terorisme.

“Partisipasi untuk melakukan kontranarasi bisa dilakukan dengan cara
sederhana, misalnya jika di Whatsapp Group atau media sosial lainnya
ada yang menarasikan sikap berbau intoleran dan radikal, jangan pernah
segan untuk melakukan kontranarasi berdasarkan pengetahuan dan fakta,”
kata Djumala dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (30/6/2024).

Menurut Darmansjah Djumala, di negara yang berideologi Pancasila dalam
bentuk NKRI, kata dia, sikap menghargai perbedaan, keberagaman,
toleran, dan moderasi beragama merupakan panduan etik dan moral
masyarakat agar Indonesia tetap utuh bersatu sebagai bangsa.

Djumala mengapresiasi inisiatif Kepala BNPT Komjen Pol. Mohammed Rycko
Amelza Dahniel yang melibatkan 48 kementerian/lembaga dalam
implementasi rencana aksi nasional pencegahan dan penanggulangan
ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.

Isu terorisme, lanjut dia, sejatinya tidak berdiri sendiri secara
eksklusif sebagai masalah keamanan lantaran berwajah multidimensi,
sehingga terorisme merupakan muara dari akumulasi perilaku menyimpang
dari pakem kehidupan yang beradab.

Dia menegaskan dalam negara majemuk menghargai perbedaan dan
keberagaman mutlak diperlukan. Kemampuan untuk menghormati dan
merayakan perbedaan, menurutnya, termanifestasi dalam sikap toleransi
dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.

Tanpa kesadaran dan perkhidmatan terhadap perbedaan, Djumala
menuturkan seseorang akan berprilaku intoleran, dimana merupakan hulu
dari segala hulu radikalisme, yang akhirnya bermuara pada tindakan
terorisme.

Sebelumnya, Kepala BNPT memaparkan tiga strategi pencegahan dan
pemberantasan terorisme di dunia maya dalam rapat kerja bersama Komisi
III DPR, Kamis (27/6).

Ketiga strategi itu mencakup langkah pre-emptive strike dengan
melakukan patroli siber (cyber patrol), penurunan konten (take down),
dan kontranarasi terhadap konten bermuatan intoleransi, radikalisme,
ekstremisme, dan terorisme yang belum dibaca atau diakses oleh warga.

Kemudian langkah preventive strike dengan melakukan patroli siber,
penurunan konten, dan kontranarasi, yang dibarengi pula dengan upaya
sosialisasi kepada kelompok rentan, perempuan, anak, dan remaja secara
masif jika konten tersebut sudah mulai dibaca dan memengaruhi cara
berpikir warga.

Lalu tindakan restorative strike, yakni dengan cara melatih dengan
melakukan penegakan hukum dan proses deradikalisasi jika konten sudah
mempengaruhi sikap dan tindakan warga.