Jakarta – Paham radikalisme negatif seperti intoleransi, anti Pancasila, anti NKRI dan penyebaran paham takfiri yang dapat berujung pada aksi terorisme akhir-akhir ini sudah sangat mengawatirkan. Sasaran yang menjadi incaran kelompok-kelompok untuk disuspi paham-paham radikal negatif pun juga beragam, mulai dari anak usia dini, pelajar, mahasiswa dan bahkan orang tua.
Paham-paham yang disebarkan oleh kelompok-kelompok tersebut tentunya saat ini sudah ada di lingkungan masyarakat kita. Untuk itu seluruh elemen masyarakat harus bersama-sama untuk dapat mengenali dan mengidentifikasi terhadap kelompok-kelompok yang berusaha memecah belah masyarakat dengan menyebarkan paham-paham radikalisme negatif.
Hal tersebut dikatakan Kasubdit Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko saat menjadi narasumber pada Seminar tentang Pencegahan Radikalisme dan Anti Pancasila yang digelar oleh Direktorat Pembinaaan Masyarakat Polda Metro Jaya (DitBinmas PMJ) di Hotel Diradja, Jakarta, Selasa (6/11/2018).
Acara tersebut dihadiri para Kasat Bimas, Kasat Intelkam. Bhabinkamtibmas di jajaran Polda Metar Jaya yang juga dihadiri para Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM), Ketua Siskamling, Ormas dan Resimen Mahasiswa (Menwa).
“Penyebaran paham radikalisme negatif di lingkungan masyarakat sendiri saat ini sudah cukup tinggi. Ulah dari segelintir kelompok yang ingin mengganti ideologi bangsa ini kalau tidak kita antisipasi bersama tentu akan menjadi ancaman serius bangsa ini. Mereka melakukan pergerakan sangat halus sekali dan bahkan mambawa simbol agama. Untuk itu masyarakat harus bisa mewaspadai dan mengidentifikasi terhadap di lingkungan sekitarnya,,” ujar Kolonel Pas. Sujatmiko dalam paparannya
Dikatakannya ideologi radikal ini dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain bersikap intoleran terhadap orang lain selain kelompoknya, fanatik terhadap paham, kaku atau tidak moderat, ekslusif dan cenderung bersikap anarkis.
“Terutama terhadap adik adik mahasiswa yang turut hadir ini adalah calon-calon pemimpin yang akan meneruskan keberlangsungan negara ini, maka tolong perhatikan dengan baik-baik, jangan sampai terpapar paham radikal teroris yang saat ini sedang gencar disebarkan oleh kelompok radikal teroris,” tuturnya.
Lebih lanjut pria kelahiran Magelang ini meminta kepada para tokoh agama, tokoh masyarakat dibantu dengan Bhabinkamtibmas untuk dapat mengenali dan mengidentifikasi ciri ciri penyebaran paham radikalisme di lingkungan wilayahnya masing-masing.
“Apalagi terhadap yang beda keyakinan, mudah mengkafirkan orang, ingin menegakkan hukum agama dengan mengganti dasar negara, melakukan kajian atau diskusi secara tertutup. Nah kalau sudah menemui orang yang punya ciri ciri seperti itu patut diwaspadai, laporkan ke pihak yang berwajib,” tuturnya.
Terkait keinginan kelompok radikal negatif yang ingin mengganti dasar negara Pancasila yang dipandang tidak sesuai dengan ajaran Islam juga dirasa sangat aneh. Karena Pancasila ini sudah merupakan pemiiran cemerlang para pendiri bangsa ini.
“Pancasila itu sudah jangan diperdebatkan lagi. Itu sudah menjadi kesepakatan bersama para pendiri bangsa ini. Dimana di dalam setiap sila-sila yang ada di Pancasila itu ada nilai-nilai Islaminya. Jangan sampai negara kita ini hancur karena peperangan yang tidak kunjung selesai seperti jaman kerajaam Sriwijaya ataupun Majapahit dulu,” kata mantan Komandan Batalyon Komando 466/Pasopati Paskhas ini.
Menurutnya, keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia dengan 350 suku bangsa didalamnya harus perlu dipertahankan demi menjaga persatuan. “Coba anda banyangkan, Afghanistan yang hanya punya tujuh suku bangsa sudah bergejolak sejak lama hingga saat ini tidak selesai-selesai, perang terus. Nah contoh negara Afghanistan itulah yang menganut negara berdasarkan agama,” tuturnya
Dirinya menjelaskan kalau aksi terorisme yang terjadi selama ini telah menimbulkan ketakutan dan keresahan semua lini kehidupan masyarakat.Karena itu radikalisme dan terorisme harus dilawan bersama-sama demi untuk menyelamatkan masa depan bangsa dan negara.
“Dari penelitian yang dilakukan beberapa lembaga, didapatkan fakta yang cukup memprihatinkan. Seperti penelitian Wahid Institute, 7,7 persen dari seluruh penduduk Indonesia bersedia melakukan tindakan terorisme. Bayangkan 7,7 persen dari kurang leih 250 juta penduduk. Ini jelas perlu upaya untuk menguranginya dan 0,4 persen mengatakan pernah melakukan aksi kekerasan,” ujar alumni Sepa PK TNI tahun 1995 ini.
Dari fakta itulah, ujarnya BNPT terus menggalakkan program-program penanggulangan terorisme bersama seluruh komponen masyarakat. “Kami bersama komponen masyarakat seperti dengan Ta’mir Masjid di Jakarta dan juga ormas-ormas seperti Muhamadiyah juga pernah berkumpul bersama untuk membicarakan berbagai program yang bisa disenergikan bersama,” ujarnya
“Bahkan ekan depan kami akan mengukuhkan Duta Damai Dunia Maya di Provinsi Sulawesi Utara untuk melengkapi 12 Duta Damai yang sudah kita bentuk sebelumnya,” kata pria yang karir militernya banyak dihabiskan di Satuan Bravo 90/Anti Teror Paskhas TNI-AU ini.
Oleh karena itu menurutnya, ditengah penyebaran radikalisme dan terorisme yang sudah masif di masyarakat dirinya berharap para masyarakat bisa berperan penting dalam mencegah penyebaran paham-paham radikalsime negatif di wilayahnya masing-masing.
“Kurangnya kepedulian masyarakat akan menyebabkan kelompok radikal lebih leluasa menjalankan propaganda paham radikalnya, oleh karenanya harus lebih perduli dengan kondisi sekitar. Untuk itu saya berharap setelah pertemuan dan keluar dari ruangan ini nanti kita semua punya pandangan yang sama bahwa kita semua mengiginkan negara ini damai tanpa adanya perpecahan akibat adanya adu domba yang dihembuskan kelompok-kelompok tersebut melalui media sosial,” ujarnya.
Bahkan Kasubdit Kontra Propaganda juga membuka pintu dialog kepada para tokoh-tokoh masyarakat maupun tokoh agama yang hadir dan masih memiliki pandangan yang berbeda dengan konsep ideologi Pancasila termasuk keberagaman yang dimiliki bangsa ini. “Mari kita duduk bersama membuat forum diskusi untuk kita bicarakan bersama yang tentumya untuk kebaikan dan persatuan bangsa ini. Karena NKRI ini harus kita tegakkan,” katanya mengakhiri
Sementara Direktur Pembinaan Masyarakat Polda Metro Jaya (Dirbinmas PMJ), Kombes Pol. Sambodo Purnomo Yogo, S.Ik, M.Tcp, dalam sambutannya saat membuka seminar tersebut mengatakan bahwa terorisme merupakan ancaman serius bagi keutuhan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada saat ini
“Sepanjang sejarah di dunia ini tidak ada satupun gerakan terorisme yang mampu meruntuhkan suatu negara. Contoh Pakistan, Irak yang hampir di hajar bom setiap harinya yang ada orang malah semakin membenci pada terorisme,” ujarnya
Menurutnya ancaman terbesar NKRI saat ini dikarenkan ada sekelompok orang yang ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan Khilafah yang dirasa oleh kelompok tersebut sistem Khilafah itu adalah sesuatu yang benar.
“Dan pemikiran ingin mendirikan Khilafah itu harus kita luruskan bersama bahwa NKRI ini sangat plural, beragam. Dan ini yang harus dijaga dan dirawat bahwa para pendahulu bangsa kita ini sudah memikirkan bangsa ini yang sangat beragam,” ujar alumni Akpol tahun 1994 ini. .