Jakarta – Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan menyampaikan harapan agar Pemilu 2024 menghadirkan kemaslahatan.
Buya Amirsyah menjelaskan, kemaslahatan tersebut untuk mendatangkan manfaat antara lain berupa kebaikan, keselamatan, kedamaian, dan keharmonisan.
Sehingga, kata Buya Amirsyah, Pemilu 2024 bukan hanya menghasilkan pemimpin yang lebih baik, melainkan juga menghasilkan kemaslahatan untuk umat dan bangsa.
“Maslahat adalah sesuatu yang mendatangkan faedah, manfaat berupa kebaikan, keselamatan, kedamaian, keharmonisan agar terhindar dari anarkisme, kekerasan dan bentuk lainnya,” ujarnya dikutip dair MUIDigital, Kamis (4/1/2024).
Lebih lanjut, Buya Amirsyah menerangkan, Pemilu bagi bangsa Indonesia harus bermartabat. Buya Amirsyah menukil Ketua Umum PP Muhamadiyah Haidar Nashir yang menyebut bahwa Pemilu bermartabat dan nilai utama yakni hidup subur dalam nilai Pancasila, agama dan kebudayaan luhur bangsa.
“Ketiganya menjadi patokan berperilaku yang penting dan bermakna agar bangsa ini selalu berada di jalan benar, baik dan pantas. Sebaliknya tidak terjerumus pada jalan salah, buruk, dan tidak patut,” kata Buya Amirsyah menukil pernyataan Haidar Nashir.
Dalam proses Pemilu 2024 baik eksekutif maupun legislatif yang telah berjalan ini. Buya Amirsyah menyampaikan sejumlah catatannya di antaranya:
Pertama, menurut Buya Amisryah, pasangan calon belum siap kalah, karena hanya siap menang.
Kedua, para pendukung pasangan calon terlalu fanatik dalam mendukung pasangan calonnya.
Ketiga, penurunan nilai demokrasi lebih kepada prosedural, dan mengabaikan substansial.
Keempat, penyelenggaraan Pemilu 2024 belum sepenuhnya konsisten menjalankan regulasi, peraturan, dan perundangan-undangan.
“Kelima, institusi negara termasuk organisasi kemasyarakatan seperti MUI, NU, Muhamadiyah rentan ditarik kearah politik prktis untuk mendulung paslon tertentu,” jelasnya.
Dari catatan tersebut, Buya Amirsyah menilai, diperlukan kesadaran bersama (kolektif) agar kompak dan bersatu untuk mewujudkan pemilu yang maslahat. Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Muhamadiyah Jakarta ini mendorong lima upaya untuk mewujudkan Pemilu 2024 yang maslahat sebagaimana berikut:
Pertama, masing-masing Paslon tidak hanya siap menang, tapi harus siap kalah, karena dibalik kekalahan paslon, terdapat kemenangan rakyat untuk kedaulatan umat dan bangsa.
Kedua, para pendukung Paslon dengan wajar sehingga todak berlebihan (mubazzir). Sikap berlebihan akan melahirkan fanatisme yang berlebihan, karena itu berpolitik seadanya, berteman selamanya.
Artinya dengan pilihan beda, tapi ukhuwah (islamiyah, basyariah dan wathaniyah) bukan pilihan, akan tetapi wajib untuk di amalkan semua pihak agar terwujud kemenangan umat dan bangsa.
Ketiga, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia harus dapat mewujudkan demokrasi dari prosedural menuju substansial yakni penyelenggaraan Pemilu yang menjalankan prosedur secara jujur dan adil (jurdil), damai dan bermartabat.
Keempat, regulasi pemilu yang dipersiapkan harus dilaksanakan secara konsisten untuk mewujudkan pemilu maslahat yang bermartabat.
Kelima, pentingnya memiliki kesadaran bersama untuk bersikap netral, terutama Lembaga Negara, penyelenggara Pemilu dan sejumlah Ormas seperti NU, Muhammadiyah sehingga dapat mewujudkan Pemilu maslahat yang bermartabat.