Jakarta – Workshop Video Pendek BNPT dengan tema “Kita Boleh Beda” dalam rangka acara Grand Final Lomba Video Pendek hari Rabu ini memasuki hari kedua. Di hari kedua ini ke-10 nominasi peserta akan diajak untuk mengikuti kegiatan kegiatan luar ruang ke tiga tempat yang berada di Jakarta yakni ke Monumen Nasional, Monas), Masjid istiqlal dan Gereja Katedral. Kegiatan luar ruangan tersebut tentunya untuk membuat video pendek tersebut.
Namun sebelum berangkat melaksanakan kegiatan luar ruang ke-10 peserta ini terlebih dahulu mendapatkan tiga materi kelas terlebih dahulu dari para dewa juri yakni sesi materi Komunikasi yang dibawakan oleh Dosen Komunikasi Kalbis Institute Dyah Kusumawati yang selama ini juga aktif dalam riset film dan sesi materi Skenario yang disampaikan Swastika Nohara yang selama ini dikenal sebagai penulis film dari Multivision dan sesi materi Penyutradaraan yang disampaikan Bhre Raditya.
Di awal pembicaraannya sebelum memulai materi yang akan dibawakannya, Dyah mempersilahkan para peserta untuk terlebih dahulu memperkenalkan diri asal-usul daerah peserta. Setelah itu dirinya mulai mengisi materi tentang komunikasi
Dikatakannya, dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan sebuah media untuk saling bertukar informasi. Cara ini menurutnya dikenal dengan istilah komunikasi. Karena melalui komunikasi , seseorang dapat menyampaikan sebuah berita, saling bertukar informasi, mengajukan sebuah gagasan atau ide maupun bersosialisasi dengan orang lain.
“Bahkan sejak kita bangun tidur kita, sudah memegang smartphone masing-masing, sudah mulai berkomunikasi melalui banyak media,” ujarnya.
Menurutnya, jenis komunikasi sendiri ada dua yakni tatap muka dan melalui media online seperti sosial media dan sebagainya. Karena dalam komunikasi ada elemen yaitu sumber/ komunikator, pesan (kata Verbal dan non verbal, tertulis, gesture, musik), Chanel ( saluran), komunikan (audience), Feedback (respon dari komunikasi).
“Karena komunikasi yang efektif adalah dapat dipahami. Karena dalam berkomunikasi ada berbagai macam pesan yang akan disampaikan,” ujarnya.
Sementara itu Swastika dalam sesi materi skenario mengatakan bahwa selama ini dalam pengamatannya video-video yang beredar di youtube banyak sekali yang muncul dengan konten-konten negatif, meskipun banyak juga yang memiliki konten yang positif.
“Untuk itu kita akan beruaha menajamkan dan mengskenariokan agar teman-teman bisa mendapatkan gambar yang layak untuk dilihat nantinya,” ujar Swastika.
Dirinya memberikan contoh, film documenter yang baik tentunya membutuhkan riset yang mendalam, dan tergatung dengan issuenya. Hal tersebut tentunya untuk mendapatkan satu adegan yang dapat menyapaikan pesan dengan baik
“Karena film yang baik itu tidak hanya skenario saja, tapi film yang baik itu juga harus memiliki pemeran utama dengan karakter yang utuh, jelas dan kuat. Untuk itu kita harus merumuskan satu ide dalam sebuah kalimat, kemudian menentukan cerita awal, tengah hingga cerita akhir,” ujarnya menjelaskan
Untuk itu dirinya dalam kesempatan tersebut membagi ke-10 peserta menjadi dua kelompok yang nantinya diminta untuk menentukan skenario sebelum melakukan pembuatan film pendek di tiga lokasi tersebut..
Sementara di sesi ketiga para peserta mendapatkan materi tentang Sutradara atau pembuat film. Di sesi itu Bhre memberikan gambaran luas tentang peran dan tugas sutradara. “Sutradara itu adalah orang yang bertugas mengarahkan sebuah film sesuai dengan skrip, pembuat film juga digunakan untuk merujuk pada produser film,” ujarnya.
Menurutnya, sutradara memiliki tanggung jawab atas aspek-aspek kreatif pembuatan film, baik interpretatif maupun teknis. “Ia menduduki posisi tertinggi dari segi artistik dan memimpin pembuatan film,” ujarnya.
Karena dalam melaksanakan tanggung jawabnya seorang sutradara bekerja bersama para kru film dan pemeran film. “Di antaranya penata fotografi, penata kostum, penata kamera dan lain sebagainya. Selain itu sutradara juga turut terlibat dalam proses pembuatan film mulai dari pra-produksi, produksi, hingga pasca-produksi,” ujarnya mengakhiri.