Parapat – Generasi muda atau generasi milenial adalah golongan yang menjadi incaran utama penyebaran proganda radikal terorisme. Karena itu, propaganda itu harus dilawan dengan menyebarkan kontra propaganda tentang Pancasila, toleransi, dan NKRI ke kaum milenial yang sifatnya emosional, bukan hanya propaganda yang sifatnya intelektual.
“Intinya bagaimana Indonesia hadir secara nyata didalam generasi milenial. Dengan begitu akan terbentuk iklim dan aura nilai-nilai Indonesia akan tumbuh secara emosional di hati mereka,” ujar Habib Husein Ja’far Al-Hadar pada penutupan Rakornas Duta Damai Dunia Maya 2021 di Hotel Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Selasa (6/4/2021) malam.
Habib Husein mengaku sangat senang dengan keberadaan duta damai dunia maya ini. Apalagi pada malam penutupan Rakornas itu tampil penyanyi Kikan Namara yang membawakan lagu “Damai Itu Indonesia”. Ia merasa berada dalam satu iklam dimana bisa merasakan iklam damai di sekelilingnya.
“Kita merasakan damai, kita merasakan Indonesia hadir di sini sedang karena itu tidak akan ada ekstrimisme radikalisme dan terorisme lahir dari sini. Mengapa? Karena iklimnya sudah kita bikin, auranya sudah kita bentuk, dalam satu frekuensi yaitu perdamaian, sehingga yang non nilai-nilai Indonesia tidak akan tumbuh di sini,” imbuhnya.
Ia meminta kepada duta damai dunia maya agar hal seperti ini terus disebarkan ke seluruh Indonesia atau bahkan ke seluruh dunia. Menurutnya, hal-hal seperti Inilah yang dibutuhkan khususnya oleh generasi milenial yaitu terbentuknya iklim secara emosional .
Artinya, lanjut Habib Husein, iklim itu bukan hanya sekadar data-data tapi memberikan nuansa bahwa saya orang Indonesia akan membangun perdamaian bagi Indonesia.
“Emosional itu yang harusnya dibangun. Bisa dengan musik oleh Kikan dan kawan-kawan, dengan saya melalui podium, dan dengan teman-teman stand up komedi melalui canda-canda, dengan teman-teman duta damai melalui media sosial dan media digital untuk berlomba-lomba dalam kebaikan membangun perdamaian itu khususnya secara emosional,” paparnya.
Menurutnya, kalau emosional nya sudah terbentuk, orang mustahil akan melakukan hal-hal yang aneh-aneh. Apalagi propaganda-propaganda anti NKRI pasti bersifat emosional. Sejauh ini kelemahannya adalah kurangnya narasi-narasi yang lebih bersifat emosional.
“Yang dibutuhkan oleh generasi muda adalah narasi yang sifatnya emosional dengan kekuatan imajinatif. Saya yakin dengan kekuatan imajinasi, pasti orang tidak akan berpiki untuk menyakiti yang lain. Kenapa? Karena memiliki imajinasi bahwa Anda adalah saudara saya sebagai orang Indonesia,” terangnya.
Ia juga memaparkan bahwa ikatan Indonesia utamanya bukan ikatan hukum saja, tetapi ikatan imajinasi. Itulah yang dibangun oleh anak-anak muda Indonesia pada tahun 1928 melalui Sumpah Pemuda yang terbukti mampu imajinasi. Ibarat pernikahan, Proklamasi itu resepsinya, akad nikahnya Sumpah Pemuda.
Bila bangsa Indonesia memilki imajinasi yang sama, pasti tidaka akan ada yang menghianati imajinasi itu. Utamanya adalah bagaimana membangun emosi yang membangkitkan imajinasi bahwa kita ini Indonesia.
“Bahkan ketika orang-orang Arab dari Hadramaut datang, termasuk kakek moyang saya ke sini tahun 1934, yang pertama dilakukan adalah membangun Sumpah pemuda keturunan Arab bahwa tanah air kami adalah Indonesia,” ungkapnya.
Dengan demikian, lanjut Habib Husein, kalau ada orang yang mengatasnamakan kearab-arabannya kemudian mengkhianati nilai-nilai Indonesia, itu artinya mereka mengkhinatai sumpai nenek moyangnya.
“Karena itu propaganda di media sosial harus bersifat imajiner, emosional agar lahir Indonesia di hati kita. Bukan karena kita takut hukum karena kita tidak menyakiti, tapi kita semua adalah saudara. Itu yang dilakukan Nabi saat di Madinah,” tandasnya.