Palu – President of Southeast Asia Press Alliance (SEAPA), Eko Maryadi, meminta media massa menjalankan fungsi sebagai ‘watchdog’ dalam usaha pencegahan terorisme.
“Media massa Harus bisa menjadi watchdog, menjadi pengawas kekuasaan, termasuk kekuasaan agama,” kata Eko saat menjadi narasumber ahli dalam Media Visit di Harian Umum Al Khairat, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (25/5/2016).
Eko menjelaskan, terorisme di Indonesia masih dikaitkan dengan isu-isu keagamaan. Sementara lembaga keulamaan sebagai organisasi pimpinan umat beragama saat ini sudah disusupi oleh orang-orang beraliran radikal.
“Di sini media harus hadir untuk melakukan kontrol bagaimana lembaga keulamaan tidak membenarkan sikap radikal dalam beragama, yang kita sama-sama ketahui merupakan salah satu pemicu terorisme,” jelas Item, demikian Eko Maryadi disapa.
Selain menjalankan fungsi watchdog, masih kata Item, media massa dalam pencegahan terorisme juga harus bisa menjadi sarana pembelajaran. Ada 2 hal penting dalam fungsi tersebut, yaitu penulisan berita yang tunduk patuh terhadap UU Pers, Kode Etik Jurnalistik, Pedoman Peliputan Terorisme dan aturan-aturan lainnya, sehingga menghasilkab berita yang tidak menimbulkan teror baru ke masyarakat.
“Dan hal penting kedua adalah berita yang benar akan menjadi literasi baik ke masyarakat, yang mana mereka dapat memviral informasi positif, sehingga kita akan bersama-sama mencegah terorisme berkembang,” urai Item.
Media Visit adalah bagian dari program Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme yang dilaksanakan BNPT dengan menggandeng Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 provinsi se Indobesia. Selain Media Visit, satu kegiatan lain dalam program tersebut adalah Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme.