Sastra Damai, Indonesia Damai Tolak Paham Radikal Terorisme

Palangka Raya –  Hari ini Kamis (28/04/17) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Dialog Komunitas Seni Budaya Dalam Pencegahan Terorisme melalui FKPT Kalimantan Tengah, “Sastra Cinta Damai, Cegah Paham Radikal”, yang diselenggarakan di Hotel Aquarius Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Dihadiri kurang lebih 112 peserta yang terlibat didalamnya seperti Komunitas Seni kota Palangka Raya, para guru dan pelajar SMA serta mahasiswa sekota Palangka Raya. Narasumber yang hadir juga merupakan Sastrawan nasional seperti Ahda Imran Asal Bandung dan Fikar W. Eda lahiran Banda Aceh.

Prof. Irfan Idris mengungkapkan Ancaman radikalisme dan terorisme masih terjadi sampai saat ini yang menimbulkan ketakutan dan trauma juga menggangu stabilitas nasional. Dalam mendoktrin, teroris mengatasnamakan agama tertentu. Radikalisme adalah suatu gerakan yang dilakukan dengan cepat disertai kekerasan. Kelompok ini mengklaim kebenaran bagi kelompoknya, merasa paling paham doktrin agama.

Dalam perekrutan, seseorang di doktrin untuk tidak segan-segan merampok, mencuri, membunuh dan lain-lain dengan iming-iming bahwa mereka yang melakukannya akan masuk surga dan disambut oleh bidadari dan menikmati kehidupan yang indah disurga.

Masyarakat dapat ikut berperan dalam gerakan penanggulangan terorisme dengan mengenal budaya sendiri dan saling mengenal antara orang-orang dari satu budaya dengan budaya lain, menghargai budaya masing masing daerah, dan meningkatkan solidaritas antar suku penanggulangan dan pencegahan terorisme harus dilakukan secara dini sebelum akar-akar pengaruh paham radikal dan terorisme khususnya generasi muda yang pemikiran masih belum matang dalam melangkah kedepan pada umumnya oleh karena itu apabila sudah terpengaruh radikalisme dan terorisme maka akan berbahaya bagi bangsa dan Negara yang dapat menyebarkan atau menularkan  paham-paham kekerasan kepada orang lain khususnya bagi para generasi muda. Dengan karya-karya sastra berupa sajak yang disampaikannya di kegiatan tersebut dan sebagai sarana yang memberikan kontribusi terhadap penguatan upaya pencegahan terorisme kini dan masa yang akan datang.

Melalui Sastrawan asal Bandung, Ahda Imran juga mengukapkan sastra dapat mengembangkan nalar, sebagai penangkal dan bisa menjadi artikulasi dalam mewujudkan perdamaian karena dengan keindahan sastra yang dimiliki dapat memikat seseorang atau kelompok dalam terpengaruh pemikiran atau pemahaman dalam pencegahan radikalisme dan terorisme. Begitupun sebaliknyaa sastra dapat menjadi bomerang bagi kita kalau sastra itu dipakai kedalam paham radikal menjadi sastra yang sangat buruk bukan sastra yang positif sifatnya.

Menurut Fikar budaya yang kental di tiap daerah justru dapat memberikan hal positif kepada masyarakat di wilayahnya karena dengan itu tali persaudaraan menjadi kuat dalam mempersatukan yang satu dengan yang lain serta ini sebagai alat komunikasi dalam pecegahan paham radikal dan terorisme salah satunya.