Jakarta – Para santri harus menerapkan komunikasi yang efektif dan menjunjung sikap toleransi. Dalam komunikasi, manusia perlu menyampaikan informasi lebih lengkap agar orang lain yang menjadi lawan bicara tidak keliru memahami, termasuk dalam konteks bernegara.
Hal ini disampaikan Guru Besar FISIP Universitas Airlangga, Henri Subiakto, dalam Forum Sosialisasi Santri Masa Kini: Beriman, Produktif, Optimis yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Pondok Pesantren Al-Fatah, Magetan, Jawa Timur, Rabu, 26 Juli 2023.
“Indonesia milik kita bersama, bukan hanya milik pemerintah. Oleh karena itu, pemahaman bersama mengenai hal ini menjadi penting,” ujar Henri dalam keterangannya, Kamis (27/7).
Henri menjelaskan toleransi artinya menghormati ciptaan Allah yang berbeda-beda. Indonesia pun menerapkan nilai toleran yang sama, yaitu menghormati perbedaan sebagai ciptaan Tuhan.
“Sepanjang tidak mengganggu atau membuat kita dirugikan, kita harus tetap toleran. Manusia itu memiliki kebebasan tetapi tidak boleh merugikan orang lain,” jelas dia.
Hal senada disampaikan Kepala Madrasah Aliyah Al-Fatah, Mulwi Barli Musaddad. Mulwi menjelaskan dalam Islam, komunikasi sangat penting. Terbukti dari wahyu kedua yang disampaikan Allah kepada Nabi adalah tentang komunikasi.
“Wahyu pertama adalah Iqra. Tentang pengisian diri sebelum berkomunikasi, baca dulu. Sementara wahyu kedua adalah tentang memberi peringatan. Bagaimana cara memberi peringatan tanpa adanya komunikasi yang baik? Jadi, tidak ada orang Islam yang enggak belajar komunikasi yang baik,” kata Mulwi.
Mulwi mengatakan komunikasi yang baik sangat vital dan penting bagi santri untuk tujuan dakwah. Sebaik apapun isi dakwah, kalau tidak disampaikan dengan komunikasi yang baik dan dikemas dengan packaging yang bagus, orang tidak akan dengar dan tidak akan suka.
“Sebaliknya, ajaran sesat yang intoleran, ketika dibungkus dengan keren, orang malah suka. Ini menjadi tugas kita sebagai pelajar agama harus belajar komunikasi yang baik,” tegas Mulwi.