Jakarta – Tidak kurang sebanyak 1.000 ulama dan habib akan menggelar dzikir bersama Presiden RI, Joko Widodo di Istana Negara. Kegiatan yang diinisiani oleh Majeles Dzikir Hubbul Whaton (MDHW) tersebut akan digelar dalam rangka menyambut HUT 17 RI ke-73 di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (1/8/2018). Ulama yang hadir datang dari seluruh daerah di Indonesia.
Hery Haryanto Azumi selaku Sekretaris Jenderal MDHW mengatakan, melalui pembacaan dzikir kebangsaan, MDHW ingin mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk memperkokoh rasa cinta tanah air.
Kegiatan dzikir kebangsaan yang akan dilaksanakan ini merupakan kedua kalinya yang diinisiasi oleh MDHW dan akan mengangkat tema “Amanah pemimpinya, makmur rakyatnya, berkah negerinya”.
“Besok kita akan mengundang 1.000 ulama kiai dan habaib dari Aceh sampai Papua,” ujar Hery saat konferensi pers di Kantor MDHW, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (31/7/2018).
Hery melanjutkan, selama ini MDHW telah berkunjung ke daerah-daerah bersama Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian untuk menjaga persatuan. Untuk itulah tema yang diangkat agar sinergi ulama dan umara selalu terjaga.
“Kemudian besok juga akan dihadiri 2.000 jamaah, ada dari majelis dzikir jabodetabek, Jawa, dan Banten. Ini kita coba kita satukan,” ucapnya.
Dikutip dari laman republika.co.id, dzikir dan doa untuk bangsa nantinya akan diawali dengan sambutan dari Ketua Umum MDHW, KH Musthofa Aqil Siradj, Ketua Dewan Penasehat MDHW, KH Ma’ruf Amin, dan selanjutnya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
Setelah itu, sampailah pada acara puncak dzikir kebangsaan dan sholawat oleh KH Miftahul Akhyar dan Habib Ahmad bin Idrus Al Habsy. Lalu, ditutup dengan dengan doa oleh tokoh sepuh NU, KH Maimun Zubair. “Saya yakin Presiden Jokowi yang sangat cinta ulama akan terus mengadakan dzikir-dzikir seperti ini,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Ketua Umum MDHW, KH Musthofa Aqil Siradj menjelaskan bahwa Dzikir Kebangsaan ini digelar karena banyak ulama sepuh yang gelisah terhadap kondisi bangsa saat ini. Hal ini tak lepas dari umat Islam di Indonesia yang sudah mulai terlihat tercerai berai, khususnya setelah adanya kelompok yang mengatakan NKRI sebagai toghut atau kafir.
Dia pun bersyukur MHDW dapat menggelar dzikir dan doa untuk bangsa untuk kedua kalinya. Menurut dia, pemerintah dan ulama harus selalu bersinergi karena isu yang dimainkan saat ini kerap mengandung SARA. “Alhamdulillah ini tahun kedua dzikir di Istana dan InsyaAllah MHDW menciptakan kesejahteraan dan keamanan dan berkesinambungan antara ulama dan pemerintah,” katanya.