Jakarta — kepala BNPT, komjen. Pol. Drs Suhardi Alius MH hari ini menyambangi Rakyat Merdeka di kawasan Kebayoran Lama, jakarta. Dalam kunjungan ini, Suhardi menekankan pentingnya peran media dalam upaya deradikalisasi, yakni dengan konsisten memberikan berita yang benar dan mencerahkan.
Deradikalisasi, menurutnya, menjadi salah satu upaya utama BNPT dalam membabat paham radikal dan terorisme. Suhardi menegaskan bahwa BNPT sudah tidak lagi fokus pada hard approach, “hard approach tidak menyelesaikan masalah,” ujarnya di kantor Rakyat Merdeka, sore ini, Selasa (22/11/16).
Ia menjelaskan, radikalisme dan terorisme tidak muncul dari ruang hampa. Paham kekerasan ini muncul dan berkembang dari banyak sebab, karenanya penanganan untuk masalah ini perlu dilakukan dengan pendekatan dan cara yang khusus.
Karenanya, seperti dijelaskan oleh Suhardi, BNPT membentuk tim ahli yang berisi para pakar dari berbagai latar belakang keilmuan dan keahlian. “Tim ahli kami isinya profesor semua, hanya pak Ansyad Mbai yang tidak punya gelar profesor. Tapi beliau jelas sudah menjadi perpustakaan untuk segala hal terkait radikalisme dan terorisme,” ujarnya.
Selain bentuk tim ahli, BNPT juga gandeng 25 kementrian untuk ikut sukseskan program deradikalisasi. Sebelumnya, BNPT telah gandeng 17 kementrian, “tapi saya rasa jumlahnya kurang, jadi ditambah. saya sudah ijin presiden dan disetujui,” lanjut Suhardi.
Dalam paparannya yang diberi judul “Resonansi Kebangsaan dan Pencegahan Radikalisme” ini, Suhardi mengingatkan bahwa masalah besar bangsa ini bukan hanya radikalisme, tetapi juga nasionalisme masyarakat yang mulai menurun. Baginya, hal ini memiliki korelasi langsung dengan radikalisme. Hal inilah yang mendorong BNPT untuk menggandeng semua pihak, bukan hanya pemerintah, untuk terlibat aktif dalam mencegah penyebaran radikalisme di masyarakat.