Palembang – Anggota Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Willy Pramudya, mengatakan rutinitas peliputan yang dilakukan Jurnalis dapat mengakibatkan penumpulan pengetahuan. Pendidikan dan penguatan profesionalitas disebut sebagai soulusinya.
“Saya menganalogikannya dengan seorang pilot yang setiap enam bulan sekali harus masuk ruang simulasi. Di sana dia akan dilatih ulang, diminta meraba fitur-fitur dalam ruang kokpit untuk mengenal lagi bagaimana mengendalikan pesawat dengan baik,” kata Willy saat menjadi narasumber dalam Visit Media Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Selatan ke Kompas Gramedia Sumatera Selatan, Rabu (26/10/2016).
Dalam konteks peliputan isu-isu terorisme, Willy menambahkan, rutinitas peliputan yang terus menerus dilakukan seorang Jurnalis adalah salah satu pemicu yang menjadikannya kehilangan profesionalitas dan melakukan kesalahan dalam penulisan berita.
“Oleh karena itu BNPT dan Dewan Pers bekerjasama melaksanakan peningkatan profesionalisme media massa pers dalam meliput isu-isu terorisme. Tujuannya adalah agar peliputan dan penulisan berita tidak salah, sehingga berita yang disebarluaskan tidak menjadi teror baru bagi masyarakat,” tambah Willy.
Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, sependapat dengan apa yang disampaikan Willy Pramudya. Pihaknya mendorong media massa untuk mengambil kesempatan yang diberikan oleh BNPT tersebut.
“Besok ada Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme, yang di dalamnya aka nada simulasi peliputan. Rekan-rekan akan dilatih kembali bagaimana peliputan terorisme yang baik,” ujar Stanley, demikian Yosep Adi Prasetyo disapa.
Visit Media adalah salah satu metode dari Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme yang diselenggarakan BNPT dengan menggandeng FKPT di 32 provinsi se-Indonesia. Satu metode lainnya adalah Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme.