Federasi Rusia mengirim peluncur rudal jenis TOS-1A yang diberi kode ‘Blazing Sun’ ke garis depan di Suriah. Senjata ini disebut-sebut mampu menghancurkan delapan kompleks menara apartemen sekali serang.
Express.co.uk melaporkan, Minggu (18/10), senjata raksasa ini rencananya dipakai untuk menyerang basis militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Peluncur rudal ini bisa mengirim 30 misil sekali tembak. “Oksigen akan vakum di sekitar daerah sasaran setelah diledakkan,” kata salah satu wartawan Rusia yang pernah melihat uji coba Blazing Sun.
Rusia terakhir kali menggunakan Blazing Sun untuk menyerbu markas pejuang muslim Chechnya pada 1999. Konon prototipe Blazing Sun juga muncul saat Soviet menginvasi Afghanistan satu dekade sebelumnya.
Negeri Beruang Merah bersikap agresif pada ISIS setelah menyatakan terlibat melindungi sekutunya, Presiden Suriah Basyar al-Assad, mulai awal bulan ini. Setidaknya 40 titik yang disinyalir gudang logistik ISIS ditembak oleh tim jet tempur Sukhoi Su-34.
Namun, Amerika Serikat menuding Rusia bukan cuma menghabisi ISIS. Serangan jet tempur Sukhoi justru banyak mengarah ke markas Tentara Pembebasan Suriah, kelompok pemberontak Assad yang didanai AS. Negeri Paman Sam sekaligus menuding serangan Rusia menelan korban jiwa warga sipil Suriah. Kementerian Luar Negeri Rusia membantah tudingan Amerika Serikat.
Merujuk perkembangan terbaru, lembaga independen pemantau HAM Suriah memastikan 40 personil ISIS tewas akibat serangan udara intensif Rusia akhir pekan lalu. Iring-iringan 16 kendaraan ISIS di Kota Hama itu dihajar rudal jet tempur.
Dalam serangan berbeda, yang digalang Koalisi Barat pimpinan AS, pemimpin Al Qaidah tewas. Sanafi al-Nasr, warga Arab Saudi sekaligus penyalur dana terkemuka bagi al-Qaidah, berada di Suriah untuk membantu Front Al Nusra. Kelompok ini adalah minoritas yang ikut mengacau situasi politik Suriah. Sanafi tewas dalam serangan di barat laut Suriah, pada Kamis (15/10).
Sumber : merdeka.com