Bandar Lampung – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
bekerja sama dengan Ruangobrol.id menggelar Focus Group Discussion
(FGD) dan pemutaran film dokumenter berjudul “Road to Resilience” di
Hotel Batiqa, Bandar Lampung, Jumat,akhir pekan kemarin. Kegiatan ini
juga dirangkaikan dengan diskusi buku “Anak Negeri di Pusaran Konflik
Suriah”, yang mengangkat kisah nyata keterlibatan anak muda Indonesia
dalam konflik bersenjata di Timur Tengah.
Kegiatan ini merupakan bagian dari roadshow nasional yang digagas BNPT
sebagai bentuk kampanye literasi dan dialog untuk mencegah penyebaran
paham radikal di kalangan generasi muda.
Kasubdit Kerja Sama Multilateral BNPT, Weti Deswiyati, menegaskan
pentingnya keterlibatan generasi muda sebagai elemen strategis dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan.
“Generasi muda adalah garda terdepan. Untuk menghadapi tantangan ke
depan, kita tidak bisa bekerja sendiri. Perlu kolaborasi antara
pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, dan media,” ujar Weti.
Ia menambahkan, BNPT telah menyusun program berkelanjutan berupa
diskusi publik dan pemutaran film di berbagai daerah guna memperluas
kesadaran dan membangun narasi alternatif terhadap ideologi kekerasan.
Direktur Ruangobrol.id, Noor Huda Ismail, menyampaikan bahwa persoalan
radikalisme tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan keamanan
semata. “Kita butuh strategi yang lebih menyentuh. Film dan buku ini
menyampaikan pesan dan dampak dari radikalisme secara nyata.
Pemerintah punya kekuatan besar, tapi kadang kurang fokus karena harus
mengurus banyak hal. Di sinilah masyarakat sipil bisa hadir sebagai
pelengkap,” ujar mantan jurnalis dan peneliti radikalisme itu.
Menurutnya, banyak kelompok rentan saat ini tidak lagi datang dari
latar belakang yang selama ini dengan singkatan sebagai “4L” (Lemah,
Letih, Lelah, dan Labil). Kini, keterpaparan juga menyasar kalangan
buruh, pekerja migran, hingga aparatur sipil negara. “Ada pula
kajian-kajian yang justru menyesatkan, dan menyalahgunakan narasi
jihad,” tambahnya.
Data terbaru menunjukkan bahwa Provinsi Lampung menempati posisi
ketiga tertinggi dalam tingkat kerentanan terhadap radikalisme setelah
Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bahkan, dari aktivitas daring (online),
Lampung berada di posisi kedua. Namun, tren ini menunjukkan penurunan
dari angka 12,3 persen menjadi 12 persen.
Dengan kegiatan seperti ini, BNPT dan para mitranya berharap dapat
membangun ketahanan masyarakat. Terutama generasi muda, agar tidak
mudah terpengaruh ideologi kekerasan dan tetap menjaga persatuan dalam
bingkai kebhinekaan.