Hari ini, Kamis (11/6/2015), ribuan guru dan siswa dari ratusan sekolah berkumpul di Hotel Madani, Kota Medan, Sumatera Utara. Pertemuan akbar hari ini lahir dari gagasan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII).
Kegiatan yang sangat besar pada hari ini adalah respon para guru dan siswa terhadap program tahun damai dunia maya. Program damai ini dianggap peserta sebagai satu hal yang luar biasa dan positif bagi masyarakat Indonesia, khususnya Sumatera Utara.
Acara dibuka dengan tarian penyambutan ala adat Melayu menambah suasana keakraban para peserta. Suasana bertambah semarak saat Deputi 1 BNPT, Agus Surya Bakti, menyampaikan pidatonya. Pasalnya, Agus SB, demikian ia biasa dikenal, bukan orang baru di komunitas pendidikan. Agus SB merasa sedang berada di rumah sendiri. Karena meskipun ia berlatar belakang militer, keluarga besarnya adalah guru. Ia pun bercerita kedua orang tua dan kelima saudara kandungnya berprofesi sebagai guru di sejumlah sekolah di Sumatera Utara.
Dalam kesempatan yang sama, para guru menyampaikan akan mendukung penuh program tahun damai di dunia maya yang dicanangkan BNPT. Bagi mereka kedamaian di dunia maya harus jadi prioritas negara demi masa depan Indonesia, terutama bagi para pelajar. Program ini juga dirasa relevan mengingat umat Islam dan seluruh masyarakat Indonesia sudah sangat gelisah atas sepak terjang kelompok pecinta kebencian di dunia maya.
Dalam kesempatan yang sama, ribuan guru dan siswa tersebut juga siap berjejaring dengan ribuan pesantren di Indonesia untuk mengkampanyekan program ini. Langkah kongkret yang akan mereka kerjakan adalah secara terus menerus rutin mengkampanyekan gagasan Islam Rahmatan lil ‘Alamin, bahaya paham radikal, baik di lingkungan sekolah maupun di tengah masyarakat. Khusus untuk para siswa mereka akan bekerjasama mengisi website yang mereka bentuk sendiri dan akan bergabung dengan komunitas damai untuk program ini. Mereka nantinya bertugas mengkampanyekan program damai ini, baik di media internet maupun media sosial.
Program seperti ini bukan pertama kali dilakukan BNPT. Instansi negara yang mengurusi penanggulangan teror ini telah berulang kali dan terus menerus melakukan pelatihan damai di dunia maya bersama komunitas dari berbagai lapisan masyarakat. Masyarakat dan berbagai komunitas pun sejauh ini mendukung penuh langkah ini. Bagi BNPT melawan gerakan radikal terorisme ini bukan saja tugas negara tapi juga partisipasi masyarakat.
Sebagaimana diketahui, ajaran agama -khususnya Islam- sering ditafsirkan “seenak udele” oleh kelompok radikal teroris. Mereka misalnya, sering menyebut kelompok Islam yang tidak mendukung aksi kekerasan mereka sebagai kelompok kafir. Mereka juga paling rajin mendefinisikan terma keislaman, seperti jihad, secara salah dan cuma untuk kepentingan kelompok mereka sendiri.
Inilah yang menjadi kekhawatiran masyarakat seluruh Indonesia. Karena alasan keagamaan yang dilakukan kelompok radikal terorisme tidak pernah ditemukan dalam referensi keislaman yang ada. Itu artinya, para santri menganggap kampanye atas nama Islam yang dilakukan kelompok radikal terorisme justru bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Inilah jihad kaum guru dan pelajar! Mana jihadmu?