Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto memimpin delegasi dalam pertemuan ASEAN Political and Security Council (APSC) ke 18 di Singapura. Mewakili delegasi RI, Wiranto menyampaikan tiga hal yang perlu didorong negara ASEAN.
Persoalan pertama yang disinggung terkait Myanmar. Ia mengingatkan pentingnya solusi penyelesaian repatriasi pengungsi di Bangladesh untuk kembali ke Rakhine State, Myanmar.
Menurut dia, pemerintah RI sudah aktif mendorong agar ASEAN mengambil peran untuk masalah Myanmar. Namun, Myanmar dinilai tak bisa sendiri dan perlu bantuan dalam persoalan ini.
“Tidak bisa membiarkan Myanmar mengurusi masalahnya sendiri karena sangat kompleks. Harus ada satu kepercayaan Myanmar kepada teman-teman yang terdekat yaitu ASEAN. Terserah Myanmar nanti memlih siapa,” kata Wiranto, seperti dikutip Viva.co.id, Rabu (13/11).
Wiranto menekankan mesti ada pernyataan dari negara ASEAN soal masalah Myanmar. Ia menyinggung kerjasama negara kawasan Asia Tenggara ini tak hanya menyangkut masalah ekonomi tapi membantu masalah keamanan.
Lalu, pembahasan kedua yang disampaikan Wiranto soal keamanan siber. Merujuk kemajuan teknologi yang luar biasa karena di ASEAN pengguna internet sudah menembus 640 juta orang.
Dalam praktiknya, ia mengkhawatirkan penggunaan internet dilakukan oleh pelaku kejahatan terorisme. Menurutnya, kejahatan terorisme ini seperti menyampaikan propaganda atau memberikan pelatihan. Maka, menurutnya kerjasama siber ini sangat penting.
“Artinya ada satu sharing pengalaman dari negara-negara ASEAN untuk memperkaya bagaimana kita menghadapi terorisme dari wilayah ciber,” jelas eks Panglima ABRI itu.
Namun, diakuinya hal ini tak mudah. Sebab, setiap negara harus memperbaharui informasi karena penggunaan internet oleh terorisme juga terus berkembang.
“Jadi kita harapkan supaya kita terus meng-update supaya kemampuan kita bisa mengungguli kegiatan terorisme itu,” kata Wiranto.
Kemudian, Wiranto menyampaikan juga pentingnya our eyes. Ia menekankan our eyes sebagai bentuk tukar informasi, sharing intelijen untuk kepentingan pertahanan atau menyangkut perlawanan terhadap terorisme.
“Jadi our eyes itu dulu kan Kementerian Pertahanan kita yang memberikan satu inisiatif agar negara-negara ASEAN ini dalam kapasitas kerja sama yang menyeluruh itu terus mengembangkan sharing informasi, sharing intelijen,” tutur Wiranto.
Alasan pentingnya tukar informasi ini karena ASEAN turut menghadapi kejahatan internasional. Menurutnya, bila ada kerjasama seperti sharing intelijen ini bisa membantu menghadapinya.
“Karena kita menghadapi kejahatan internasional maka batas negara itu absurd. Kalau kita hanya single state, mengatasinya hanya dengan kemampuan sendiri itu tidak mungkin,” jelasnya.
Maka itu, RI mendorong negara ASEAN bisa mengamati our eyes agar semua yang terjadi di negara lain bisa dipahami. Dengan ini, bisa melakukan satu rencana yang sistematis dan lebih valid untuk melawan kejahatan-kejahatan di lintas batas atau yang akan mengarah ke negara-negara ASEAN.