Jakarta – Pancasila dan kearifan lokal sudah terbukti manjur untuk melawan ideologi-ideologi transnasional yang ingin merongrong keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun sejak era reformasi, perwujudan nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal seakan luntur tergerus paham-paham kekerasan.
“Revitalisasi nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal sangat penting untuk memperkuat vaksin kebangsaan dalam melawan penyebaran virus radikalisme dan terorisme. Karena itu, seluruh pihak dan stake holder bangsa harus bersinergi memperkuat barisan untuk menyusun strategi dalam menciptakan vaksin kebangsaan tersebut,” ujar Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof. Dr. Irfan Idris, MA, di Jakarta, Selasa (14/3/2023).
Pernyataan itu diucapkan Prof Irfan saat membuka FGD Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Kearifan Lokal Dalam Mencegah Paham Radikal Terorisme Tahun Anggaran 2023 di Hotel Milenium, Jakarta. FGD itu juga dihadiri Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Sus Drs. Solihuddin Nasution, MSi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Abdullah Zaidi, Staf Khusus Menkominfo Prof. Dr. Ahmad M Romli, SH, MH, FCBarb, Asisten Deputi Bidang Koordinasi Wawasan Kebangsaan Kemenko Polhukam, Cecep Agus Supriatna, Rini Modouw MSi, EdD (Kedeputian II Kantor Staf Presiden).
Hadir juga para tokoh agama anggota Gugus Tugas Pemuka Agama dari NU, Muhammadiyah, Perti, Persis, Mathlaul Anwar, Syarikat Indonesia, Nahdlatul Wathan, PGI, PHDI, Walubi, Matakin, Permabudhi, PITI, Muslimah NU, dan lain-lain.
Prof Irfan menambahkan, selain Pancasila dan kearifan lokal, vaksin kebangsaan itu yang dicanangkan Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, ada lima. Ketiga lainnya adalah wawasan kebangsaan, moderasi beragama, dan transformasi pembangunan kesejahteraan.
Ia menguraikan bahwa radikalisme itu dianalogikan sebagai virus, bahkan lebih bahaya dari virus-virus penyakit yang ada. Virus berupa isme sudah ada sejak manusia lahir, dan sejak Indonesia merdeka. Bahkan tantangan terberat para founding fathers saat mempertahankan Piagam Jakarta dari upaya menjadikan Indonesia menjadi negara Islam.
“Wajahnya selalu berubah tapi substansi sama, makanya kita harus rapatkan barisan. Mereka aktif dan masif, sementara kita silent majority. Itulah virus radikalisme. Makanya ditetapkan lima jenis vaksin kebangsaan. Ini tidak disuntukkan, tapi disampaikan secara lisan. Dari kelima virus itu, hari ini kita ambil untuk direvitalisasi untuk menyesuaikan perkembangan jaman,” papar Irfan.
Menurutnya, ideologi Pancasila bagi bangsa Indonesia itu sudah final. Tapi revitalisasi harus dilakukan. Sejauh ini, Indonesia sudah selesai dengan strategi dan materi nilai Pancasila dengan adanya tiga lembaga negara yang terus bergerak melakukan penguatan. Dari strategi ada Lemhanas. Kemudian yagn menyiapkan materi BPIP, setelah itu yang memilih massa besar yaitu MPR dengan program sosialisasi empat pilar kebangsaan.
Tapi itu ternyata belum cukup sehingga revitalisasi Pancasla dan kerarifan lokal harus teurs dilakukan. Itu penting agar kelompok teroris seperti ISIS tidak menghancurkan kearifan bangsa untuk memecah persatuan dan kesatuan.
“Karena itu penting bagaimana revitalisasi Pancasila dan Kearifan Lokal bisa meracik sesuai kearifan lokal untuk kita hidangkan ke generasi kita. Bagiaman kita mracik menu Pancasila di Bali, Manado, Aceh, Kalimantan, Sulawesi. Tugas kita meracik dan menghidaangkan. Mudah-mudahan FGD ini mlahirkan hasil yang maksimal yang nantinya akan kami laporkan ke pimpinan BNPT,” urai Irfan Idris.