Baghdad – Situs media propaganda kelompok Islamic State (ISIS), Amaq Agency News, secara tiba-tiba menayangkan gambar pimpinan ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi yang dikelilingi para penari erotis.
Tayangan foto ini sebenarnya bukan dilakukan Amaq. Melainkan ulah dari beberapa hacker muda Irak yang meretas situs tersebut dan membanjirinya dengan informasi palsu dan konten asusila.
Kelompok peretas Irak ini bekerja dengan dengan nama “Daeshgram”. Nama tersebut diambil dari akronim bahasa Arab untuk ISIS, yakni Daesh.
Para peretas memulai aksinya dengan menerapkan serangan penolakan layanan (DDoS) dan kemudian membanjiri situs Amaq dengan traffick dan beragam informasi, hingga situs itu dipaksa offline.
Ketika situs itu lumpuh, para hacker mengkloningnya dan menggunakannya untuk menyebarkan berita palsu dan propaganda guna melawan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Informasi yang membanjiri situs itu termasuk iklan “Porn-Hub” untuk menyiratkan bahwa anggota ISIS telah mencari video porno.
Gambar al-Baghdadi dikelilingi para penari erotis merupakan hasil photoshopped. Banyak anggota ISIS mencoba untuk memperingatkan satu sama lain bahwa informasi yang menyebar itu palsu, tetapi banyak yang sudah jatuh terperangkap pada tipuan.
Selama ini materi Amaq disebarkan anggota ISIS setiap Kamis atau Jumat.
“Konten palsu kami di-posting tidak kurang dari 500 kali dan setiap posting dibagikan berkali-kali oleh pendukung ISIS. Anggota yang mengharapkan publikasi majalah mingguan Naba’a malah mendapat versi palsu,” kata kelompok hacker Daeshgram kepada surat kabar Inggris, yang dilansir Al Arabiya, Senin (2/7).
“Operasi kami terus berlanjut, tetapi kami telah mencapai tujuan kami untuk membingungkan dan menakut-nakuti anggota ISIS dan membuat mereka ragu satu sama lain di suatu tempat di Internet di mana mereka pikir mereka tak tersentuh,” lanjut kelompok peretas tersebut.
Daeshgram mengatakan bahwa perlindungan privasi mereka adalah prioritas tertinggi. Mereka mengaku telah menerima ancaman pembunuhan dari kelompok ISIS.
“Tetapi kami sangat yakin karena kami sangat peduli dengan keamanan siber kami dan kami melindungi identitas kami. Kami adalah pakar keamanan siber (cybersecurity) sehingga mudah bagi kami untuk melakukan itu,” imbuh kelompok Daeshgram.
Kelompok ini terdiri dari enam ahli IT dan keamanan siber mulai dari usia 20 tahun hingga 30 tahun.
Para peretas ini mengaku sedang balas dendam atas kekejaman ISIS, termasuk pembunuhan, pemerkosaan perempuan dan kegiatan brutal lainnya.
Para anggota Daeshgram, yang menganggap semua aktivitas mereka sepenuhnya legal, telah ada selama satu tahun terakhir. Aksi ini sebagai misi kedua mereka setelah pembajakan pengumuman oleh ISIS pada bulan November 2017.