Rembuk Merah Putih di Samarinda: Narasi Cinta, Pena Damai, dan Perlawanan terhadap Radikalisme

Samarinda – Di tengah riuhnya tantangan era digital, Forum Koordinasi
Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Timur bersama Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI menggelar Rembuk Merah Putih
bertajuk “Pitutur Cinta dan Tinta Emas”, di Gedung Aula Kampus 1 UIN
Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Selasa (4/6/2025).

Acara ini bukan sekadar forum diskusi tapi menjadi panggung suara
muda, ruang kreatif, dan titik temu semangat untuk melawan paham
kekerasan dengan bahasa kasih dan toleransi.

“Paham radikal dan terorisme bukan hanya ancaman keamanan, tapi juga
perusak nilai kebinekaan—nilai yang selama ini menyatukan Indonesia,”
tegas Suniah Setyiawat, Kasubdit Pengawasan BNPT, di hadapan para
peserta yang terdiri dari mahasiswa, jurnalis kampus, konten kreator,
dan pegiat literasi digital.

Suniah menekankan bahwa menghadapi ekstremisme tidak selalu harus
dengan kekerasan balik. Justru pendekatan berbasis cinta, pendidikan
agama yang inklusif, dan literasi kritis bisa menjadi tameng paling
kuat untuk mencegah generasi muda jatuh ke dalam jebakan ideologi
kekerasan.

“Kami ingin menanamkan bahwa ‘pitutur cinta’ bukan sekadar kata indah,
tapi prinsip hidup—dan ‘tinta emas’ adalah karya naratif yang
menyalakan harapan,” tambahnya dikutip dari rri.co.id.

Ancaman itu nyata. Suniah menyinggung kembali insiden bom bunuh diri
yang mengguncang Mapolsek Astana Anyar, Bandung, pada Desember 2022.
Meski aksi fisik menurun, jejak-jejak propaganda ekstremisme terus
menyelinap lewat dunia maya: ratusan penangkapan dan ribuan konten
radikal terdeteksi sepanjang 2023.

Sufian Agus, Ketua FKPT Kaltim sekaligus perwakilan Kesbangpol
Provinsi, menyoroti kerentanan generasi digital.

“Ruang maya yang terbuka membuat infiltrasi ideologi transnasional
makin sulit dibendung. Kita tak bisa hanya jadi penonton.”

Sufian menekankan bahwa generasi muda harus menjadi benteng pertama.
Menurutnya, pelibatan kaum muda dalam menyuarakan nasionalisme lewat
karya—baik tulisan, video, maupun konten sosial mediaharus terus
digalakkan.

Dalam forum ini, para peserta tak hanya diajak menyimak, tapi juga
dilibatkan aktif dalam simulasi membuat narasi positif, memproduksi
konten kreatif berbasis toleransi, dan berbagi gagasan kampanye damai
di media sosial.

“Gunakan pena dan suara Anda untuk membangun Indonesia yang harmonis.
Karena bangsa yang cerdas dan berkarakter adalah benteng terkuat
melawan radikalisme,” tutupnya.