Remaja Australia Dilarang Masuk Singapura karena Pernah Terobsesi ISIS dan Bahan Pembuat Bom

Jakarta – Seorang remaja Australia dilarang masuk Singapura pada bulan
Oktober 2024. Menurut Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA), pada
Selasa (12/11/2024), hal ini terkait kegiatan terorisme.

Remaja berusia 17 tahun itu tiba dari Melbourne, Australia bersama
empat anggota keluarganya pada 24 Oktober 2024. Ia kemudian
diwawancarai petugas dan menjalani pemeriksaan.

MHA mengatakan remaja tersebut sebelumnya diselidiki oleh otoritas
Australia atas kegiatan radikalisasi dan terorisme pada tahun 2021. Ia
dilaporkan memiliki obsesi terhadap kelompok teroris Negara Islam di
Irak dan Suriah (ISIS) dan bahkan telah menyatakan keinginan untuk
melakukan penembakan di sekolah.

“Dia juga diduga meneliti bahan-bahan tentang pembuatan bom dan
berkomunikasi dengan orang-orang yang berpikiran sama,” kata MHA
seperti dilaporkan media CNA.

“Mengingat latar belakangnya yang terkait dengan terorisme, pemuda
tersebut ditolak masuk ke Singapura, dan dipulangkan ke Melbourne
bersama dengan anggota keluarga yang menyertainya,” lanjut MHA.

MHA mengatakan anggota keluarga remaja lainnya diberi pilihan untuk
memasuki Singapura. Namun, mereka memutuskan untuk kembali ke
Melbourne bersamanya dan ditempatkan pada penerbangan paling awal
berikutnya ke Melbourne pada 25 Oktober 2024.

Sambil menunggu penerbangan keberangkatan, keluarga tersebut diantar
ke ruang tunggu. “Demi alasan keselamatan sesuai protokol yang
berlaku, barang bawaan dan koper pribadi mereka diserahkan untuk
diamankan, termasuk pelepasan tali sepatu guna mencegah potensi bahaya
bagi diri mereka sendiri maupun orang lain,” jelas MHA.

“Keluarga tersebut ditempatkan di ruang tahanan terpisah yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin, yang memiliki pencahayaan yang
baik dan diawasi oleh kamera CCTV untuk memastikan keselamatan dan
keamanan semua orang di ruang tahanan,” tambah MHA.

Kementerian tersebut mengatakan mereka juga memiliki akses ke berbagai
fasilitas termasuk makanan, air, dan toilet, dan diizinkan untuk
berkumpul selama waktu makan dan berinteraksi satu sama lain di
tempat-tempat umum yang ditentukan selama periode waktu yang
diizinkan.

Namun menurut media The Guardian pada tanggal 4 November bahwa remaja
tersebut, yang menderita autisme, bersama dua saudara kandungnya yang
masih berusia sekolah dasar ditahan semalam di bandara, di sebuah
ruangan bersama dengan lebih dari puluhan tahanan lainnya.

Ayah remaja tersebut dikutip The Guardian mengatakan bahwa perlakuan
yang diterimanya tidak manusiawi. dan kondisi fasilitas penahanan
tersebut buruk. Remaja yang dikenal dengan nama samaran Thomas Carrick
saat diselidiki oleh pihak berwenang Australia masih berusia 13 tahun.
Ia kemudian dibebaskan dari segala tuntutan pidana.

MHA menambahkan bahwa Pemerintah Singapura mengambil tindakan serius
terhadap siapa pun yang mendukung, menganjurkan, atau terlibat dalam
kekerasan atau terorisme. Singapura bekerja sama erat dengan mitra
internasionalnya untuk menjaga negara tetap aman dan terlindungi.

Setiap bulannya sebanyak 2.500 pelancong ditolak masuk ke Singapura
karena berbagai alasan.