Rektor UIN Palu: Generasi Muda Harus Dilindungi Dari Paham Radikalisme

Rektor UIN Palu: Generasi Muda Harus Dilindungi Dari Paham Radikalisme

Palu – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi
Tengah, Prof Lukman S Thahir mengatakan generasi muda atau gen-Z dan
milenial harus dilindungi dari bahaya radikalisme.

“Generasi muda atau gen-Z dan milenial adalah komponen harapan bangsa
yang diharapkan dapat melanjutkan pembangunan di masa mendatang, maka
mereka tidak boleh terpapar oleh gerakan intoleransi, radikalisme, dan
terorisme,” kata Prof Lukman dalam dialog penguatan gen-Z dan moderasi
beragama di Kota Palu, Jumat (28/6).

Ia mengemukakan terdapat empat faktor penyebab yang membuat gen-Z dan
milenial rentan terhadap propaganda perilaku intoleran.

Pada faktor neurologis, ia menjelaskan, remaja cukup unik karena
perkembangan otak mereka berlangsung dengan cara yang tidak merata,
secara khusus selama masa remaja, korteks prefrontal yang memandu
penalaran dan pengendalian diri berkembang lebih bertahap daripada
amigdala-pusat emosi manusia.

“Hal ini membantu menjelaskan mengapa remaja antara usia 18 hingga 20
tahun bagi banyak orang tua sering tampak impulsif dan gegabah. Proses
transisi inilah yang membuat pemuda menjadi seperti dempul psikologis
di tangan kelompok ekstrim yang terampil,” ujar Lukman.

Pada faktor sosial, gen-Z dan milenial rentan terpapar dipengaruhi
oleh komunitas atau sub-budaya dari gen-Z yang relatif terisolasi dari
pemerintahan yang lebih luas, dan telah diliputi oleh serangkaian
kemunduran politik, sejarah dan sosial ekonomi yang menimbulkan rasa
keterasingan berhadapan dengan kelompok luar yang dominan.

Selanjutnya faktor internet dan media sosial yang telah menjadi gaya
hidup gen-Z dan milenial, yang menjadi momentum bagi kelompok ekstrem
untuk merekrut anak muda bergabung dengan kelompok mereka.

Ia mengemukakan berdasarkan sensus penduduk tahun 2020 gen-Z mencapai
27,94 persen dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia, sedangkan
generasi milenial mencapai 25,87 persen.

“Artinya jika digabungkan maka seluruhnya 53,81 persen, lebih dari
separuh jumlah penduduk Indonesia. Jika mereka ini tidak segera
dibentengi dari penyebaran radikalisme maka hal itu bisa menjadi
ancaman serius bagi masa depan bangsa,” kata dia.