Jakarta – Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, menyampaikan keprihatinan mendalam terkait temuan terbaru mengenai 110 anak yang diduga direkrut jaringan terorisme. Ia menilai angka tersebut menunjukkan kondisi yang semakin mengkhawatirkan, terutama karena tren keterlibatan anak terus meningkat.
“Jumlah 110 anak yang menjadi target rekrutmen kelompok teroris ini sangat memprihatinkan. Memang sebelumnya ada anak-anak yang terlibat dalam aksi kekerasan dan terorisme, tetapi data yang dirilis Densus 88 AT Polri dan BNPT kali ini benar-benar mencengangkan,” ujar Syauqillah dalam keterangannya, Kamis (20/11).
Menurutnya, anak-anak menjadi sasaran empuk bagi kelompok teroris akibat lemahnya pengawasan terhadap aktivitas mereka di media sosial. Ia juga menyoroti bahwa pola keterlibatan anak saat ini berbeda dibandingkan periode sebelumnya ketika kelompok seperti ISIS dan Jamaah Islamiyah aktif merekrut anak.
“Temuan ini menunjukkan bahwa paham radikal dan terorisme dapat menyasar siapa saja, tanpa batas usia,” tegasnya.
Syauqillah menekankan bahwa seluruh pihak harus meningkatkan kewaspadaan, mengingat metode perekrutan kelompok teror semakin halus dan memanfaatkan kerentanan psikologis anak. Ia menilai penguatan pola asuh dan kualitas komunikasi dalam keluarga merupakan benteng penting untuk mencegah anak terseret dalam jaringan kekerasan ekstrem.
“Fenomena ini harus menjadi peringatan bagi seluruh keluarga di Indonesia. Tanpa melihat latar identitas apa pun, keharmonisan keluarga dan pola asuh yang tepat adalah kunci pencegahan agar anak tidak terlibat kelompok teror dan kekerasan,” katanya.
Sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengungkap bahwa terdapat 110 anak berusia 10 hingga 18 tahun di 23 provinsi yang diduga telah direkrut jaringan terorisme. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, menjelaskan bahwa propaganda terhadap anak dilakukan secara bertahap melalui ruang digital.
“Pada awalnya, propaganda disebarkan melalui platform terbuka seperti Facebook, Instagram, dan game online,” kata Trunoyudo dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!