Semarang – Bandara merupakan tempat keramaian tentunya menjadi magnet untuk aksi teroris. Pasalnya, target serangan teroris itu adalah menimbulkan korban yang massif sehingga akan menimbulkan ketakutan dan teror di masyarakat.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Drs Suhardi Alius, MH usai Upacara Penutupan dan Simulasi Latihan Mitigasi Aksi Terorisme Intergratif (Kementerian/Lembaga/Dinas/Instansi, Polri, dan TNI) Dengan Metode Practical Exercise (PE) dan Full Mission Profile (FMP) di Bandar Udara Ahmad Yani, Semarang (31/10/18).
“Bandara menjadi salah satu target aksi teror. Seperti pengeboman di Belgia beberapa waktu lalu. Ini menjadi momentum bagi kita untuk mengevaluasi dan memperkuat koordinasi serta kemampuan aparat terkait dalam mengantisipasi aksi teroris tersebut. Tidak hanya di bandara, nantinya di pelabuhan laut, terminal-terminal, juga akan dilakukan simulasi dan latihan juga,” ujar Komjen Suhardi Alius.
Ia menjelaskan, simulasi dan latihan ini bertujuan untuk menyiapkan instansi terkait terhadap serangan terorisme. Dengan simulasi dan latihan ini diharapkan instansi terkait bisa siap melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing, bila terjadi aksi teroris.
“Latihan dan simulasi ini fungsinya adalah kita membuat kesiap-siagaan apabila ada kejadian terorisme di tanah air, khususnya di lingkungan bandara. Dalam simulasi dan latihan ini, peserta dibekali bagaimana cara mengatur, taktik, teknik masing-masing instansi. Kalo kita sudah latihkan, berulang-ulang, mudah-mudahan menjadi suatu pemahaman yang utuh, sehingga ketika kejadian tidak lagi saling menunggu tetapi sudah mengambil peran masing-masing,” ungkapnya.
Suhardi pun mengungkapkan latihan dan simulasi ini merupakan program rutin dari BNPT. “Ini program rutin. Kemarin sebelum Asian Games kita juga menggelar di Kemayoran dan dihadiri panglima TNI. Tahun 2016 akhir kita latihan di Bandara Soekarno-Hatta,” jelas mantan Kabareskrim Polri ini.
Terkait Standard Operational Procedur (SOP), Suhardi menjelaskan bahwa ada SOP General (umum) dan SOP Spesifik, dimana penanganan tergantung pada lokasi dan tempat kejadian.
“Kita Latihkan ini dengan SOP yang sifatnya general, tapi spesifikasinya juga ada. Untuk bandara domestik misalnya atau pelabuhan dan terminal, itu punya penanganan yang berbeda-beda tetapi dengan SOP yang sudah baku. Jadi Bandara Internasional yang besar, sibuk, penanganannya akan lebih besar lagi, seperti Bandara Semarang ini,” jelas Komjen Suhardi Alius.