Ramadan Momentum Membentuk Pribadi yang Bijaksana dan Toleran

Jakarta –Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh ampunan dan berkah. Sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, Indonesia selalu merayakan datangnya Ramadan dengan gegap gempita hampir di semua wilayahnya.

Sukacita menyambut Ramadan sebaiknya juga tidak melupakan esensi dari Ramadan itu sendiri. Bagi umat Islam, Ramadan berarti saatnya menjalankan puasa yang menjadi kewajiban setiap tahun. Dengan menjalankan ibadah puasa, diharapkan seorang muslim dapat mawas diri sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya..

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni DDI (IADI) Mangkoso, H. Arham Basid, Lc, mengatakan puasa sejatinya dapat membuat manusia lebih menyadari tempatnya sebagai seorang hamba.

“Berpuasa intinya adalah “menahan” atau “mengendalikan,” dan tidak terbatas pada makan, minum, dan bersetubuh, tetapi mengendalikan nafsu kebinatangan dalam diri kita sehingga dimensi malakiyah yang lebih dominan. DIharapkan dengan berpuasa dapat menghantarkan kita menjadi manusia yang bijak dan mampu memposisikan kehambaan kita di atas kebutuhan serta keinginan kita,” ujar H. Arham saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (28/3/2023).

Ia menambahkan bahwa datangnya bulan Ramadan seharusnya dapat menjadi momentum bagi umat Islam dalam meneguhkan kembali Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Adanya kewajiban puasa seharusnya dapat menghindarkan diri umat dari perbuatan-perbuatan yang tidak produktif, atau bahkan anarkis.

Menurutnya, orang yang melakukan ibadah puasa dengan tulus dan ikhlas akan melegakan hatinya. Puasa dapat menghilangkan kebencian dan permusuhan. Ia menjelaskan, dalam satu hadits disebutkan jika ada orang yang coba mengganggu kekhusyukan puasa, maka wajib dijawab dengan ucapan “saya lagi berpuasa” (inni sha’im).

“Puasa akan membentuk karakter yang toleran. Ibadah puasa sebagai rukun Islam yang keempat mengajarkan kita kesabaran, kasih sayang, dan empati kepada sesama manusia. Orang yang berpuasa tidak mengharapkan penghormatan, karena hakikat puasa adalah memberi kebaikan dan perbaikan bagi orang lain. Dengan puasa di bulan Ramadan, bukan berarti orang lain harus berhenti aktivitas dan kebutuhan kesehariannya, seperti makan dan minum bagi yang tidak berpuasa,” imbuh H. Arham.

Dirinya juga menjelaskan tentang menerima perbedaan pandangan dalam berpuasa. Seharusnya orang yang berpuasa bisa menghadapi perbedaan dengan kebijaksanaan, karena perbedaan itu sendiri merupakan sunnatullah. Perbedaan yang ada tidak perlu disikapi dengan secara negatif yang justru dapat merusak esensi datangnya Ramadan itu sendiri.

“Merespon perbedaan pandangan atau pendapat adalah dengan cara tidak mudah   menyalahkan apalagi bertindak berlebihan. Orang yang berpuasa justru harus lebih bijak menghadapi perbedaan. Perbedaan itu melahirkan keindahan, bak lukisan yang indah dipandang karena menghimpun perbedaan warna dan goresan di dalamnya,” terangnya.

Menyoroti masuknya bulan Ramadan pada tahun ini yang berbarengan dengan perayaan Nyepi, H. Arham menekankan pentingnya saling menghargai antar umat beragama. Ia menghimbau, dalam melakukan ritual keagamaan masing-masing supaya didasarkan pada nilai toleransi sehingga tidak meresahkan umat beragama lainnya.

“Umat Islam yang berpuasa harus menghargai penganut Hindu yang merayakan Nyepi dan penganut agama lain dalam menjalankan agama dan kepercayaannya. Syiar Ramadan seperti tarhib Ramadan atau membangunkan sahur dan kegiatan Ramadan lainnya dilakukan dengan tidak mengganggu ketentraman orang lain. Saya berharap kita bisa menghindari cara-cara yang menimbulkan kegaduhan,” tambahnya.

Ibadah puasa di bulan Ramadan diharapkan dapat menjadi momentum perbaikan diri menjadi lebih toleran dan menebarkan kedamaian terhadap sesama. Ramadan seyogyanya dapat membawa kearifan yang sangat diperlukan dalam menyikapi eksistensi bangsa Indonesia yang sangat majemuk.

Arham berharap Puasa Ramadan 1444 H ini semakin meningkatkan ketakwaan seluruh umat Islam. Puasa Ramadan dinilainya dapat menumbuhkan nilai solidaritas sosial (tadhamuniyah) di tengah masyarakat. Ia pun berharap semoga masyarakat Indonesia semakin solid dengan sesamanya, saling mendukung, dan terus meningkatkan ketakwaannya kepada Allah SWT.