Ramadan: Momen Istimewa Untuk Menyucikan Jiwa, Perkuat Silaturahmi, Saling Memaafkan, dan Memperkuat Kebangsaan

Jakarta – Seluruh umat islam di berbagai belahan dunia sedang berbahagia menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1442 Hijriah. Bulan ini menjadi momen istimewa karena identik dengan menyucikan jiwa, silaturahmi, dan momen untuk saling memaafkan sehingga selalu disambut dengan penuh sukacita dan syukur. Juga menjadi bulan mulia untuk memperkuat kerukunan dan persatuan sebagai satu bangsa Indonesia.

Milenial intelektual muslim Habib Husein Ja’far Hadar menyampaikan bahwa Ramadan merupakan bulan ampunan dari Allah SWT. Dengan mempersiapkan diri (menyambut ramadan) melalui perbaikan-perbaikan diri, kita akan dapat fokus beribadah dan menjadi orang yang pantas mendapatkan ampunan dan rahmat Allah SWT.

“Setelah Ramadan nanti kita akan terlahir kembali sebagai pribadi yang sudah dipenuhi oleh nilai cinta pada siapa pun,” tutur Habib Husein di Jakarta, Selasa (13/4/2021).

Mengaitkan pada era sosial media, dai muda yang berdakwah melalui media sosial ini menuturkan bahwa dalam Islam diajarkan untuk berbicara dalam cara yang baik, dengan kata yang baik, penyampaian yang baik dan bijaksana agar jangan sampai ilmu atau informasi yang benar tidak diterima karena disampaikan dengan cara yang tidak baik.

“Apapun isu yang ada ditengah kita hendaknya dikelola secara sehat, masyarakat dibiarkan berdiskusi tanpa harus diarahkan dan merasakan ketakutan di social media,” ujar pria kelahiran Bondowoso, 21 Juni 1988.

Lebih lanjut Habib Husen Ja’far juga menyampaikan bahwa media sosial harusnya menjadi tempat diskusi secara sehat, sehingga dari sana bisa lahir gagasan dan ide konstruktif untuk kemajuan bangsa.

Ia juga menjelaskan, Ramadan juga merupakan bulan cinta dimana umat Islam diajarkan untuk menahan lapar dan haus untuk sesuatu yang lebih besar. Pada bulan Ramadan juga bisa belajar untuk merelakan hak kita untuk kemaslahatan yang lebih luas.

“Ada 2 semangat Ramadan yang dapat kita ambil yaitu ramadan sebagai bulan cinta dan menjadi pribadi yang dermawan yang mampu merelakan sesuatu hilang dari diri (hak) kita untuk kemaslahatan yang lebih luas,” tukasnya.

Di momen Ramadan ini, Habib Husein mengajak kaum milenial untuk belajar memahami Islam yang rahmatan lil alamin. Hal ini terkait dengan serentetan aksi teror di Indonesia yang dilandasi pemahaman agama yang salah. Ia mengaku tidak habis pikir, seorang yang mengaku beragama islam dan memiliki iman, melakukan aksi terorisme seperti bom bunuh diri.

“Siapa saja yang meledakkan rumah ibadah orang lain, maka yang hangus sejatinya iman mereka sendiri. Artinya dalam semua agama, apalagi dalam konteks islam, teror bukan hanya tidak sesuai dengan nilai-nilai islam, tapi meneror nilai-nilai islam itu sendiri,” jelas Habib Husein.

Menurutnya, aksi terorisme itu sama saja meneror agamanya sendiri. Apalagi kata islam sendiri artinya kesalamatan dan kedamaian. Sehingga siapa yang tidak memberikan kesalamatan dan kedamaian, dia tidak layak disebut seorang muslim. Bahkan yang menyebabkan ketidaknyamanan atau teror, itu musuh Islam.

“Yang terpenting, generasi milenial harus menciptakan ceruk-ceruk, tokoh inspiratif atau guru, agar mereka tidak salah paham. Mereka juga harus tetap semangat belajar sesuatu yang positif. Jangan sampai dimanfaatkan teroris yang mengatasnamakan agama. Dan momen Ramadan sangat tepat untuk melakukan itu,” pungkas Habib milenial ini.