Jakarta – Kehadiran pandemi virus Corona atau Covid-19 telah menimbulkan persoalan kesehatan masyarakat secara nasional, tetapi dan problematika kebangsaan lainnya. Hal ini berdampak ke berbagai sektor seperti ekonomi, sosial, budaya hingga keagamaan. Pada momentum hari Kebangkitan Nasional dan Hari Raya Idul Fitri ini patut menjadi semangat bangsa ini untuk meraih kemenangan melewati berbagai persoalan termasuk pandemi ini.
Tokoh Muda Nahdatul Ulama (NU) Dr. Adnan Anwar, MA, mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, secara umum Indonesia masih lebih baik, sehingga masyarakat bangsa ini patut bersyukur akan hal ini. Karena Indonesia didukung budaya saling tolong menolong dan bergotong royong untuk membantu antar sesama warga negara.
“Karena itu marilah kita sesama warga bangsa ini untuk saling tolong-menolong, saling membantu. Kita lihat di luar banyak kelompok masyarakat yang mengambil inisiatif untuk memberikan bantuan baik yang bersifat masif maupun particular terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang rentan terhadap COVID-19 ini. Dan ini sangat luar biasa solidaritas ini,” ujar Dr. Adnan Anwar, MA, di Jakarta Rabu (20/5/2020).
Adnan menyampaikan bahwa ini semua adalah bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ‘terlatih’ menghadapi bencana dan tidak cengeng karena adanya semangat gotong royong. Hal ini dikarenakan semangat kegotong royongan yang menjadi ciri kahas bangsa ini itu tidak hilang dan masih ada.
“Solidaritas sesama warga negara itu masih ada dan masih cukup kuat. Sehingga kita masih optimis bahwa bangsa kita masih punya social capital yang kuat, terutama untuk menolong sesama tanpa memandang suku, agama, ras dan adatnya,” kata Mantan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar NU tersebut.
Lebih lanjut Adnan mengtakan bahwa pandemi yang terjadi pada momen puasa Ramadhan, hari Kebangkitan Nasional dan Hari Raya Idul Fitri ini pada hakekatnya adalah kembali kepada keluarga inti, yakni pada orang tua maupun anak kita, yang mana mungkin setelah sekian tahun yang lalu banyak dilupakan.
“Kekuatan endogen dari keluarga inti yakni keluarga yang menyatu kembali seperti jaman-jaman dahulu. Keluarga yang kokoh itu menjadi pilar dari kokohnya agama dan kokoknya negara. Ini yang saya lihat dari peristiwa COVID-19 ini dengan tiga peristiwa itu memiliki efek yang sangat luar biasa. Bahwa kerekatan keluarga itu telah terjadi lagi, setelah cukup lama agak renggang karena mengalami problem modernisasi dan globalisasi,” tutur Adnan.
Selain itu, pria yang juga menjadi Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional ini menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 ini telah menjadi pembelajaran yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. Pembelajarannya itu sendiri ada dua, artirnya dari aspek negara dan pemerintah.
“Dimana hal-hal pokok yang sifatnya pondasi saya kira tidak boleh ditinggalkan oleh pemerintah. Contohnya soal ketahanan pangan, kemudian manufaktur industri dalam negeri tentunya ini menjadi hal yang harus dipikirkan, karena ini merupakan bagian dari pondasi kita,” terang pria yang pernah menjadi peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) itu.
Dan menurut Adnan pemerintah saat ini telah merospon hal itu dengan membuat kebijakan diversifikasi pangan yang telah dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres)-nya.“Untungnya pemerintah sudah meresponnya termasuk kebijakan soal diversifikasi pangan, dimana pangan itu tidak sekedar padi saja tetapi bermacam-macam seperti ubi yang sudah keluar Perpresnya yang saya kira sangat bagus itu untuk bangsa kita,” ucapnya
Menurut Adnan dimana masyarakat sebelum ada wabah COVID-19 cenderung menjadi masyarakat yang consumer. Yang mana suka menghambur-hamburkan sesuatu yang tidak berguna. Namun sekarang dengan adanya wabah COVID-19 ini masyarakat menjadi lebih mendisiplinkan dirinya, yang mana mereka lebih bisa memilah-milah mana kebutuhan dan mana keinginan yang digunakan betul untuk membangun pondasi keluarga yaitu pangan dan pendidikan.
Pria yang saat ini ditugaskan untuk mengembangkan organisasi NU di kawasan Timur Tengah itu. juga menuturkan perlunya konsistensi kebijakan terkait penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya dari pemerintah baik dari pusat maupun daerah. Karena hal itulah yang akan diikuti oleh masyarakat.
“Kalau hal tersebut konsisten dijalankan dari pusat sampai ke daerah-daerah yang mana bisa satu bahasa, satu kata dan satu komando dalam kebijakan mungkin ini akan memiliki efek yang kuat untuk mendorong masyarakat untuk tetap tinggal di rumah,” ucap Adnan.
Adnan menjelaskan bahwa adanya puasa ramadhan ini sebenarnya juga menjadi salah satu penolong untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Karena kalau tidak ada puasa tentunya bisa lebih ganas lagi penularannya.
“Jadi untung saja ada puasa sehingga bisa meredam, karena orang berada di rumah ini lebih punya ‘harga’ dan lebih punya nilai untuk beribadah, dimana kualitas ibadahnya lebih baik.. Jadi puasa ini sangat menolong unttuk memutus rantai penyebaran COVID-19,” ujarnya.
Alumni Hubungan Internasional dari Universitas Airlangga ini juga menyerukan perlunya kesadaran bersama seperti persamaan sebagai sesama korban dari pandemi ini baik korban yang lemah dan korban yang masih kuat secara ekonomi.
“Nah yang kuat ini membantu yang lemah, dimana ada rezeki yang bisa di sharing dan dibagi supaya jangan sampai krisis COVID-19 ini dari awalnya adalah krisis kesehatan menjadi krisis ekonomi. Terutama kesenjangan yang sangat berbahaya karena bisa memicu krisis sosial, jadi jangan sampai kesenjangan itu terjadi ” tutupnya