Radikalisme Sudah Masuk Sekolah, Peran Ibu Harus Ditingkatkan

Jakarta – Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Nasarudin Umar, menyebut penyebarluasan paham radikal terorisme sudah masuk ke lembaga pendidikan, mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi. Peran perempuan sebagai ibu di dalam keluarga disebutnya harus ditingkatkan.

Hal ini disampaikan Nasarudin saat menjadi pemateri di kegiatan Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian Antiradikalisme dan Terorisme di Gedung Bhayangkari, Rabu (30/8/2017). Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Bhayangkari Polri, dalam rangka Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari (HKGB) ke-65 tahun 2017.

“Sudah banyak kita lihat anak-anak sekolah yang menunjukkan praktik radikalisme. Ini tentu sangat mengkhawatirkan,” kata Nasarudin.

Tak hanya sekolah, mantan Wakil Menteri Agama ini juga menyebut radikalisme agama yang menjurus ke terorisme sudah ditemukan di beberapa kampus di Indonesia. Ironisnya, jika sebelumnya penyebarluasan paham radikal terorisme menyasar kampus umum, saat ini kampus berlatar belakang pendidikan agama juga sudah disusupi.

“Ini hasil penelitian terbaru kami. Beberapa kampus UIN dan IAIN sudah ada yang mahasiswanya terpapar radikal terorisme, menganggap Pancasila produk kafir yang tidak pantas jadi dasar negara,” ungkap Nasarudin.

Mengantisipasi penyebarluasan paham radikal terorisme di dunia pendidikan yang semakin masif, Nasarudin mendorong peningkatan peran perempuan sebagai ibu di dalam rumah tangga. “Anak-anak harus mendapatkan bekal yang cukup dari keluarganya. Ketika anak-anak mendapatkan materi yang berlawanan dengan nilai kebangsaan, mereka sudah memiliki penangkal,” sarannya.

Dalam paparannya Nasarudin juga mendorong kewaspadaan kelompok perempuan terhadap penyebarluasan paham radikal terorisme di lembaga pendidikan non formal, misalnya proses belajar mengaji di masjid dan musalla. Disebutkannya, saat ini sudah banyak masjid dan musalla yang diduduki oleh kelompok pengusung paham radikal terorisme.

“Modus mereka adalah datang dan menjadi marbot. Ketika imam tidak hadir mereka berani jadi imam, jadi khatib dan lain-lain. Dari situ mereka akan jadi pengurus dan lama-lama menggusur pengurus yang tidak sealiran,” urai Nasarudin.

Nasarudin yang juga menjabat Ketua Kelompok Ahli BNPT menambahkan, dia mendukung pelibatan kelompok perempuan dalam pencegahan terorisme di waktu mendatang. “Ibu-ibu penting untuk dirangkul. Kegiatan seperti itu tidak boleh berhenti sampai di sini,” pungkasnya.

Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian merupakan salah satu metode yang dilaksanakan di kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lainnya adalah Workshop BNPT Video Festival, rangkaian dari lomba video pendek BNPT 2017. [shk/shk]