Radikalisme dan Terorisme Rentan Berkembang di Aceh

Banda Aceh – Guru Besar Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry, Nangroe Aceh Darussalam, Muhammad Hasbi Amiruddin, mengungkapkan kerentanan paham radikalisme dan terorisme berkembang di wilayahnya.

“Catatan sejarah masa lalu salah satu penyebab radikalisme dan terorisme mudah berkembang di Aceh,” kata Hasbi dalam pembukaan Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, Kamis (8/9/2016).

Perkembangan teknologi, lanjut Hasbi, menjadi bumbu tambahan yang menjadikan radikalisme dan terorisme berpotensi tumbuh subur di Aceh. “Lewat medial sosial misalnya, paham dan dogma yang mengajarkan kebencian semakin mudah menyebarluas,” tambahnya.

Hal senada diungkapkan oleh Asisten III Bidang Administrasi dan Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Syahrul, yang menyebut potensi radikalisme dan terorisme sudah sempat muncul di wilayahnya.

“Kita sama-sama mengetahui sudah pernah ada kamp pelatihan di Jalin, pernah ada tembak menembak di Aceh Besar, dan ada pengikut ISIS yang mengklaim punya empat ribu pengikut di Aceh,” ungkap Syahrul.

Untuk meredam agar potensi tersebut tidak berubah menjadi aksi-aksi terorisme, Syahrul menyebut keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan. Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam memberikan apresiasi yang besar kepada BNPT atas kegiatan pelibatan masyarakat yang sudah dilaksanakan.

“Keterlibatan masyarakat, termasuk media massa akan sangat membantu mencegah terorisme. Media massa harus bisa menyajikan informasi yang benar yang tidak semakin memperkeruh suasana,” tegas Syahrul.

Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme adalah rangkaian kegiatan dari program Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme yang dilaksanakan BNPT bersama FKPT di 32 provinsi se Indonesia. Satu kegiatan lainnya adalah Visit Media, kunjungan dan diskusi dengan redaksi media massa pers.