Jakarta – Radikalisme bisa saja terjadi pada orang yang sakit hati karena masalah korupsi. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang di pada Sosialisasi Anti Radikalisme di Gedung Merah Putih KPK di Jakarta, Senin (4/11/2019). Acara itu juga menghadirkan Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH sebagai narasumber.
“Bisa saja ada orang yang memiliki sakit hati begitu mendalam lalu kemudian dia bertemu dengan orang-orang atau pengajian-pengajian yang aneh seperti itu. Nah kita bisa membantu disitu karena orang-orang yang sakit hati karena masalah korupsi di pemerintah itu gak ada habisnya. Itu peran kita,” ungkapnya.
Untuk itu, dia mengajak para pegawai KPK untuk ikut menjadi bagian dari pencegahan penyebaran radikalisme.
“Mari kita menjadi bagian dari pencegahan ini. Karena tugas kita adalah mengurangi orang yang sakit hati karena korupsi dengan melakukan pemberantasan korupsi. Tetapi kalau kemudian ada yang menghubungkan radikalisme ini dengan pro kontra UU KPK baru saya tidak paham hal itu,” kata Saut.
Sebelumnya, Kepala BNPT telah memberikan paparan terkait bahaya ancaman radikalisme dan strategi pencegahannya. Saut menyampaikan apresiasinya atas paparan yang telah disampaikan oleh Kepala BNPT karena hal itu mempertegas banyaknya variabel seseorang bisa jadi radikal
“Terima kasih Pak Suhardi. Saya percaya kalau orang jadi hopeless karena ketidakmampuan pemerintah dan kita semua tidak bisa memperbaikinya, bisa membuat orang itu berubah jadi radikal. Karena itu radikal tidak tidak hanya soal agama tapi ada banyak variabel-variabel dibelakang itu semua,” tuturnya.
Ia juga sepakat dengan Kepala BNPT terkait radikalisme. Menurutnya, tidak benar bila radikalisme itu bisa dilihat dari cara berpakaian seseorang.
“Saya sepakat dengan Kepala BNPT bahwa ada indikator-indikator yang jelas terkait radikalisme ini. Jadi stigmatisasi seseorang radikal dari cara berpakainnya itu tidak benar,” tandas Saut.