Samarinda – Puluhan pemuda yang tergabung dalam Gerakan Aktivis Muda (GAM) Kaltim menyatakan menolak paham radikalisme, terorisme, dan intolaransi di Benua Etam. Pasalnya, paham dan gerakan tersebut dapat mengancam persatuan dan keutuhan bangsa.Hal ini ditegaskan GAM dalam konferensi pers yang berlangsung di Cafe Metro Universitas Mulawarman, awal pekan ini.
Dilansir dari Tribunnews.com, sebagai bentuk perlawanan terhadap aksi terorisme, radikalisme, dan intoleransi, GAM Kaltim akan mengirimkan 100 aktivis untuk mengikuti dan terlibat langsung dalam Rembuk Nasional yang dihadiri 50.000 aktivis 98 pada 7 Juli 2018 mendatang, di Monas Jakarta.
Koordinator GAM Kaltim, Sofyan Al Jufri menuturkan, radikalisme dan terorisme menjadi musuh bersama solidnya kebhinekaan di Tanah Air.
Nilai-nilai yang dianut dan tujuan akhir yang dituju aksi terorisme, paham radikalisme, dan intoleransi, merupakan tindakan tidak berperikemanusiaan.
“Berangkat dari cara pandang seperti itu, mereka melakukan teror, pemboman kepada siapapun yang diidentifikasi sebagai musuh. Semua tindakan destruktif yang mereka lakukan selalu membuat resah masyarakat,” kata Sofyan.
Tindakan terorisme, lanjut Sofyan, benar-benar merusak dan mengganggu ketertiban sosial. Walhasil, keamanan, kenyamanan yang dibutuhkan masyarakat menjadi sulit diwujudkan.
“Apalagi para pelaku gerakan radikal dan teror masih terus berusaha mengganti Pancasila. Gerakan teror yang muncul dari faham radikal tersebut sampai hari ini masih merongrong Pancasila. Mereka menolak ideologi kebangsaan. Penolakan tersebut benar-benar ahistoris. Mereka menafikan Pancasila yang merupakan konsensus final, bapak bangsa,” tegas Sofyan.
“GAM Kaltim mengajak seluruh element masyarakat untuk konsisten menjaga kedaulatan NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Salam Juang,” tutup Sofyan.