Bogor – Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia selama ini telah mengakibatkan trauma berkepanjangan bagi para korban. Apalagi selama ini para korban dari aksi terorisme itu belum mendapatkan layanan pemulihan yang maksimal. Gangguan ini muncul berkelanjutan, berulang sepanjang hidup yang dijalani ke depan.
Agar para korban dari aksi terorisme itu mendapatkan perhatian dari pemerintah pasca kejadian aksi terorisme yang dialaminya maka Badan Nasional Penanggulangabn Terorisme (BNPT) melalui Sub Direktorat (Subdit) Pemulihan Korban Aksi Terorisme pada Direktorat Perlindungan pada Kedeputian I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi menggelar kegiatan Pembekalan Motivasi Bagi Korban Terorisme.
Acara yang mengambil tema “From Good to Great Life” ini digelar di Cisarua, Kab. Bogor pada Rabu-Jumat (11-13/4/2018). Kasubdit Pemulihan Korban Aksi Terorisme yang juga Ketua Panitia Pelaksana, Kolonel Czi. Roedy Widodo menjelaskan kegiatan ini sengaja digelar dimaksudkan sebagai sarana pemulihan dari aspek psikologis bagi korban terorisme yang dikemas dengan cara massal.
“Yang mana kegitan ini memiliki tujuan untuk membangkitkan semangat untuk lebih mengembangkan diri dan bangkit pasca trauma, dimana nantinya dapat terlaksana program berkelanjutan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali semangat para korban untuk dapat melanjutkan kehidupan sosialnya di masyarakat,” ujar Kolonel Czi. Roedy Widodo dalam laporan kegiatannya saat pembukaan acara tersebut Rabu (11/4/2018) petang..
Lebih lanjut Kasubdit Pemulihan Korban menjelaskan, selama ini para individu yang mengalami gangguan stress pasca trauma, memiliki kompleksitas permasalahan, sehingga sangat diperlukan pendekatan konseling bersifat komprehensif dan professional. Dimana pengentasan masalah atau intervensi psikologis yang digunakan idealnya bersifat eklektik atau kombinasi dari berbagai pendekatan konseling, seperti layanan psikologis atau pembekalan motivasi.
“Karena kejadian tragis atau traumatis ini telah meninggalkan dampak psikologis berupa gangguan emosi dengan intensitas berbeda. Gangguan ini terkait dengan kapasitas psikologis berupa konsep diri, perkembangan dan hubungan antar manusia,” ujar alumni Akmil tahun 1990 ini.
Untuk itulah menurutnya para individu yang mengalami stres pasca trauma itu perlu mendapatkan bantuan sedini mungkin. Karena jika dibiarkan begitu saja maka intensitas gangguan stress makin parah dan menimbulkan kesulitan secara fisik, emosi, mental, perilaku, danspiritual.
“Stres pasca trauma ini bisa dientaskan dengan berbagai pendekatan konseling, salah satunya adalah pendekatan konseling psikologis, pembekalan motivasi yang tepat untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan keinginan untuk bangkit pasca trauma tersebut,” ujarnya.
Pemerintah sendiri selama ini memiliki 9 (sembilan) agenda prioritas nasional yang dikenal dengan sebutan Nawacita Pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla, dimana pada poin pertama yang harus dilakukan Pemerintah adalah menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Dan kali ini pemerintah melalui BNPT hadir untuk mengimplementasikan program tersebut.
“Hal tersebut diwujudkan salah satunya sebagaimana yang kita lakukan saat ini yaitu Negara hadir dalam upaya melakukan pemulihan korban aksi terorisme melalui program ini. Stres pasca trauma yang terjadi dan dialami individu yang merngancam kehidupan dan dapat menyebabkan individu tersebut menderita gangguan fisik maupun psikologis, serta mengakibatkan rasa takut yang mendalam dan tidak berdaya,” kata mantan Dandim 0603/Lebak ini.
Untuk itu dalam kegiatan yang dikemas baik melalui kegiatan luar ruang dengan melakukan outbound dan kegiatan materi kelas ini maka pihak BNPT pun juga menggandeng motivator yang sudah cukup berpengalaman yakni Nanang Qosim Yusuf.
“Diharapkan hasil yang dapat diraih dengan adanya kegiatan ini yakni dapat terwujudnya kemandirian bagi para korban terorisme sehingga nantinya para korban ini dapat kembali berintegrasi kepada masyarakat sekitarnya,” katanya mengakhiri.
Acara ini sendiri diikuti sebanyak hampir 40 orang yang terdiri dari para korban aksi terorisme baik itu bom Bali I & II, Bom JW Marriot, Bom Kedubes Australia, Bom Jalan Thamrin dan aksi terorisme lainnya.