Jakarta – Berupaya untuk menanggulangi penyebaran paham radikal terorisme di lingkungan instansinya, PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pelayanan transportasi laut menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk melaksanakan Sosialisasi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Lingkungan PT. PELNI (Persero)
Kasubdit Kontra Propaganda (KP) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kolonel Sus. Drs. Solihuddin Nasution, M.Si., yang hadir sebagai narasumber di kegiatan tersebut menyampaikan bahwa tugas BNPT sesuai amanat Undang Undang No. 5 tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menitikberatkan kepada aspek Pencegahan.
“Dimana Pencegahan ini meliputi Kesiapsiagaan Nasional, Kontra Radikalisasi dan Deradikalisasi. Yang kami lakukan sekarang ini adalah Kontra Radikalisasi dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mempunyai imunitas terhadap penyebaran informasi atau konten yang berhubungan kaitannya dengan doktrin-doktrin radikalisme,” ujar Kolonel Sus Solihuddin Nasution, M.Si, saat memberikan Sosialisasi di Kantor Pusat PT Pelni, Jakarta, Jumat (3/11/2023)
Lebih lanjut Kasubdit KP mengatakan bahwa kalangan masyarakat yang terkena dan terpapar paham radikalisme itu selama ini belum tersosialisasikan sehingga mudah terdoktrin karena ketidaktahuan mereka.
“Sehingga hari ini kita membuat atau meningkatkan imunitas terhadap karyawan PT. Pelni secara umum baik yang hadir langsung secara offline dan online agar bapak ibu semuanya beserta keluarga besarnya bisa memahami ciri ciri bahaya penyebaran paham radikalisme dan terorisme ini,” ujarnya.
Menurutnya, penyebaran paham radikal terorisme ini jangan dianggap sepele, karena penyebaran paham radikal terorisme ini bisa menjangkiti ke semua kalangan, baik itu Pegawai BUMN, ASN, apparat TNI-Polri dan juga terhadap kalangan generasi muda.
“Ada beberapa karakteristik ideologi Terorisme diantaranya yaitu anti Konstitusi Negara dan Ideologi Pancasila, Penggunaan Kekerasan Ekstrim, Anti Kemanusiaan, Penyalahgunaan Narasi Agama, Intoleran atau tidak menerima perbedaan, memiliki tujuan ideologi dan politik, dan transnational ideologi,” tutur Solihuddin.
Lebih lanjut, Solihuddin mengatakan bahwa tempat yang rentan dalam rekrutmen kelompok teroris salah satunya adalah rumah ibadah. Yang mana menurutnya bisa diliat dari beberapa pengajian yang menebar ajaran kekerasan.
“Dimana dalam ceramahnya, mereka menghalalkan kekerasan demi membela agama. Maka diperlukan Langkah-langkah untuk menangkal paham radikal terorisme tersebut,” ucapnya
Dikatakan alumni Sepa PK TNI tahun 1995 ini menjelaskan, proses radikalisme ini dapat terjadi karena faktor ekonomi, sosial, politik dan juga faktor pribadi yang mana bisa dilihat dari sikapnya yang menarik diri dari orang lain, tertutup dengan masyarakat, dan bergabung dengan kelompok ekslusif.
“Radikilisme juga bisa disebabkan melalui indoktrinasi yang mana memahami agama secara sempit dan dangkal sehingga menyebabkan penguatan pemahaman doktrin, Lalu bisa juga dari mengadopsi ideologi kekerasan, meningkatkan militansi, komitmen melakukan kekerasan, dan penyerahan diri / baiat,” ujarnya .
Selain itu menurutnya, penyebaran paham radikalisme dan terorisme ini bisa dilakukan melalui fanatisme dan estrimisme, hubungan sosial dan jaringan, perubahan sosial dan politik, kemiskinan dan pengangguran serta rendahnya Pendidikan.
Dikatakannya dinamika propaganda dan rekrutmen pelaku terorisme bisa diliat dari terorisme lama yakni melalui kekeluargaan, pertemanan, ketokohan dan lembaga keagamaan serta dilakukan secara rekrutmen tertutup dan pembaiatan langsung.
“Dan untuk gaya terorisme baru sekarang ini bisa melalui website, media sosial, dan social messenger serta dilakukan secara rekrutmen terbuka dan pembaiatan lewat media,” ujarnya
Oleh karena itu menurutnya, sebagai upaya menangkal paham radikalisme, bisa mempergunakan kesiapsiagaan nasional lewat kegiatan-kegiatan yang mampu memberikan imunitas kebangsaan dan keagamaan yang moderat. Melakukan kontra narasi lewat media sosial salah satunya, dan deradikalisasi.
“Deradikalisasi dilakukan untuk memutarbalikkan paham radikal pada seseorang yang sudah terpapar paham radikal terorisme menjadi normal kembali. Kemudian, BNPT juga melakukan upaya dengan strategy Pentahelix (multipihak) yakni pelibatan pemerintah, masyarakat, akademisi, media dan dunia usaha,” ujarnya mengakhiri.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Direktur SDM & Umum PT Pelni, Rainoc. Acara ini diikuti secara langsung oleh seluruh Vice President dan Manager di yang berada di lingkungan kantor Pusat sebanyak 130 orang. Selain itu acara ini juga diikuti secara online oleh pegawai PT Pelni baik yang ada Kantor Pusat, kantor Cabang & SBU, pegawai Kapal dan seluruh pegawai Anak Usaha