Makassar – Proxy War atau perang yang dilakukan oleh pihak ketiga adalah ancaman nyata bangsa ini yang harus disadari oleh generasi muda. Ini penting, karena Indonesia adalah salah satu negara potensial dengan kekayaan melimpah yang banyak diincar negara-negara lain.
“Kita harus bisa menciptakan generasi muda yang cinta damai. Tapi generasi muda juga harus paham dan tahu apa itu Proxy War yaitu perang yang dilakukan pihak ketiga yang tidak terlihat dalam konflik sosial, budaya, ekonomi, politik, dan agama,” jelas Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti dihadapan peserta Pelatihan Duta Damai Dunia Maya di Hotel Aryaduta, Makassar, Kamis (19/5/2016).
Ia mengimbau, agar para anak muda yang telah resmi mitra BNPT sebagai duta damai dunia maya, bisa menjadi anak muda yang cerdas dan mengerti perkembangan zaman serta ancaman bangsa ini. Menurutnya, Indonesia saat ini bukan menghadapi ancaman perang konvensional dengan menggunakan tank, senjata api, pesawat, dan lain-lain, tetapi Proxy War yang menghancurkan aspek kehidupan.
Ia memberi contoh tentang konflik yang terjadi di banyak negara Timur Tengah. Seperti di Libya, negara yang memiliki penghasilan 1.250 ribu barrel minyak per hari telah negaranya hancur akibat Proxy War. Begitu juga dengan Mesir, Irak, Iran, Kuwait, Sudan, Kongo, Yaman, Suriah, Nigeria, dan terakhir Ukraina. Dari negara-negara itu diperkirakan produk minyaknya 10 juta per hari, sehingga menjadi sasaran negara ketiga untuk menguasai potensi mereka. Begitu juga di Suriah dan Irak dengan kelompok militan ISIS. Mereka juga memanfaatkan energi untuk melancarkan propagandanya.
“Intinya, 70 persen konflik dunia itu dilatarbelakangi energi,” tukas Mantan Deputi I BNPT ini.
Ia memprediksi tahun 2043, penduduk dunia akan mencapai 12,3 miliar jiwa. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan 7 miliar jiwa, sehingga akan terjadi lonjakan 150 persen. Dari jumlah itu, 9,8 miliar jiwa tinggal di daerah non equator, sedangkan 2,5 miliar jiwa di daerah equator, salah satunya Indonesia.
Nantinya yang 9,5 miliar jiwa non equator itu akan kehabisan energi sehingga untuk mencukupi kebutuhannya mereka akan bermigrasi ke wilayah equator yang subur dan memiliki potensi bercocok tanam sepanjang tahun.
“Mereka butuh hidup, maka dia akan lari ke equator. Bayangkan dia akan migrasi, evolusi di daerah baru, sementara daerah equator tatanan ekonominya belum kuat,” terang Agus SB.
Faktor inilah, ucap Agus SB, yang melatarbelakangi Indonesia menjadi sasaran migrasi dari negara-negara non equator. Apalagi Indonesia memiliki kepulauan terbesar, garis pantai kedua terpanjang di dunia, dan luas laut 5,8 juta Km. Itu adalah potensi luar biasnya. Ironisnya, saat ini sumber minyak Indonesia sudah dikuasai negara lain. Menurut Agus SB inilah titik awal kemungkinan Proxy War di negara ini.
“Semua orang ingin menguasai Indonesia, karena kekayaan. Padahal emas kita di Puncak Jaya, sudah berapa ton dipindahkan, tapi masih potensial. Akibatnya akan perang masa kini, perang pangan, air, energi di sekitar negara equator. Itulah Proxy War,” tandas Mayjen Agus SB.