Nusa Dua – Salah satu cara yang digunakan oleh kelompok-kelompok radikal dan teroris saat ini adalah dengan membenturkan antar kelompok masyarakat dalam satu negara menggunakan propaganda dan agitasi. Mereka menyebar berita-berita yang cenderung mengajak orang untuk saling bermusuhan, serta mempengaruhi orang-orang agar masuk ke dalam kelompoknya. Saat ini media disasaki dengan berbagai propaganda dan agitasi, yang mengakibatkan munculnya kerisauan di tengah masyarakat. Demikian kata Hamidin, Direktur Kerjasama Internasional BNPT.
Dalam paparannya yang disampaikan dengan di tengah-tengah peserta APEC Workhsop di Bali, ia menyampaikan bahwa mobilisasi teroris berlangsung dengan sangat cepat dan tidak terbatas. Teroris yang ada di Indonesia bisa bereaksi di negara lain, begitu pula sebaliknya. Banyak sekali warga Indonesia yang terlibat gerakan radikal di negara seperti Filipina, demikian juga terdapat warga negara Malaysia yang menjadi aktor-aktor di Indonesia yang dalam penyerangan ataupun bom bunuh diri.
Dalam menanggapi sejumlah pertanyaan peserta dari Malaysia dan India terkait mekanisme BNPT dalam menanggulangi gerakan radikal terorisme di dunia maya, Ia menyampaikan bahwa BNPT memiliki satgas yang bertugas mengcounter narasi-narasi radikal terorisme yang berkembang di dunia maya. Salah satunya Satgas PMD, yang dari waktu ke waktu memantau perkembangan gerakan radikal dan terorisme di dunia maya, kemudian melakukan counter balik secara langsung maupun tidak langsung.
Ia juga menjelaskan bahwa sejauh ini BNPT dapat dikatakan telah berhasil melakukan penanggulangan terorisme baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Indonesia telah meratifikasi sejumlah perjanjian terkait penanggulangan terorisme, baik intenasional maupun dalam negeri. Indonesia pun telah melakukan berbagai pendekatan, antara lain soft approach dan hard approach yang hasilnya cukup menggembirakan.