Jakarta – Di tahun 2024 ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI telah mencanangkan tujuh program prioritas. Hal tersebut sebagai upaya untuk membangun daya tahan masyarakat dan kesadaran publik terhadap ideologi kekerasan radikal terorisme,
Tujuh program prioritas tersebut adalah pertama, program pemberdayaan perempuan, anak, dan remaja; kedua, pembentukan desa siap siaga; ketiga, pembentukan sekolah damai; keempat yakni pembentukan kampus kebangsaan, kelima, adalah asesmen pegawai dengan tugas risiko tinggi; keenam, penanganan asosiasi WNI yang terafiliasi Foreign Terrorist Fighter (FTF); dan yang ketujuh yaitu reintegrasi dan reedukasi mitra deradikalisasi serta keluarga di luar lapas.
Empat program pertama ini didedikasikan untuk membangun public resilience (ketahanan publik), utamanya di kalangan perempuan, anak, dan remaja sehingga tiga kelompok ini memiliki daya cegah, tangkal, dan lawan terhadap ideologi kekerasan radikalisme terorisme.
Berdasarkan data penelitian Setara Institute dari tahun 2016-2023 telah terjadi peningkatan proses radikalisasi yang masif menyasar tiga pihak yang dianggapnya sangat rentan, yaitu remaja, perempuan, dan anak-anak. Ada sebanyak 56,3% tingkat intoleransi di kalangan pelajar yang mendukung syariat Islam dan Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia ini bukanlah sebagai acuan.
Dan sebagai upaya melindungi anak dari pengaruh paham intoleransi, kekerasan, radikalisme dan terorisme di kalangan perempuan, anak, dan remaja ini BNPT melalui Subdit Kontra Propaganda membentuk Sekolah Damai.
Pencanangan program Sekolah Damai ini pun turut dipaparkan di sesi Talk Show pada hari kedua Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BNPT tahun 2024 yang berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Letkol Cpl.Hendro Wicaksono, SH, M.Krim, yang juga bertindak sebagai Ketua Program Sekolah Damai saat menjadi narasumber di Talk Show tersebut menjelaskan bahwa Sekolah Damai ini merupakan gagasan dan upaya dalam mengembangkan budaya damai melalui kebijakan dan praktik toleransi yang melibatkan warga sekolah secara partisipatif, kolaboratif dan kreatif.
“Hal ini sebagai upaya dalam membentuk ketahanan warga sekolah dari pengaruh intoleransi, radikalisme dan terorisme di satuan pendidikan. Dimana Visi Sekolah Damai itu sendiri adalah Membangun Masyarakat Sekolah yang Toleran dan Inklusif,” ujar Letkol Cpl Hendro Wicaksono.
Sedangkan Misi dari Sekolah Damai ini sendiri mendurutnya yakni sebagai upaya untuk membagun kesadaran tentang bahaya dan dampak negatif dari intoleransi dan diskriminasi dan mengintegrasikan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati.
“Ini sekaligus untuk merespons tindakan tidak toleran atau diskriminatif secara tepat dan adil,” ujarnya menjelaskan misi Sekolah Damai tersebut.
Dikatakannya, di tahun 2023 lalu Subdit Kontra Propaganda juga telah berhasil mengadakan workshop untuk Guru dan Siswa sekolah di Kota Palu “Sekolah Damai”, dengan melibatkan narasumber dan Duta Damai
“Saat itu workshop tersebut diikuiti 330 orang peserta yang terdiri dari 70 Guru dan 280 Siswa/Siswi dimana 50 orang diantaranya adalah yang tergabung dalam Osis,” ujar alumni Akmil tahun 1996 ini.
Kasubdit KP mengatakan, di tahun 2024 ini kegiatan Sekolah Damai ini akan dimulai di antara 18 wilayah yang sudah terdapat Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri BNPT. Dimana program Sekolah Damai ini sendiri meliputi pelatihan guru, sosialisasi, pentas seni dan budaya, lomba kreatifitas, dan monitoring.
“Untuk mewujudkan program tersebut bisa berjalan, di tahap pertama kami pekan lalu telah menggelar FGD (Focus Group Discussion) dengan mendatangkan K/L (Kementerian /Lembaga) dan CSO (Civil Society Organization). Setelah ini kami akan melaksanakan survey. Dan kami mengharap anak-anak Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri juga bisa ikut berkontribusi,” ujar mantan Kasi Penggalangan Subdit Kontra Propaganda BNPT ini.
Dan nantinya indikator keberhasilan program Sekolah Damai ini menurutnya diantaranya adalah adanya kebijakan satuan pendidikan yang mendorong dan mempromosikan toleransi, perdamaian dan anti kekerasan, maupun terintegrasinya muatan wawasan kebangsaan, nilai toleransi perdamaian dan anti kekerasan.
“Indikator keberhasilan lainnya yakni adanya pembelajaran nilai toleransi (intra kurikuler, ekstra kulikuler dan non kulikuler) serta terdapatnya kegiatan ekstrakurikuler kesiswaan dan praktik antar siswa dan terdapat modul untuk sekolah tentang membangun ketahanan dalam satuan Pendidikan,” katanya mengakhiri..
Dalam kesempatan tersebut Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mutstaba Hamdi, yang turut hadir sebagai narasumber pada sesi program Sekolah Damai ini juga mengaprsiasi pentingnya inisiatif keberadaan sekolah damai tersebut.
“Kami dari Wahid Foundation juga merancang program dengan semangat positif dan kontinyu. dengan nama sekolah damai. Dimana ada tiga pilar utama, yaitu pilar kebijakan. Dimandatkan disana yang paling penting adalah pokja damai yang dibentuk sekolah, dengan melibatkan juga organisasi siswa,” kata Mutstaba Hamdi.
Dirinya menjelaskan, nantinya para siswa akan diencourage untuk melahirkan karya karya yang mencerminkan semangat interaksi damai, ruang publik kebhinnekaan yang bisa menjadi symbol perdamaian di Indonesia.
“Wahid Foundation memberikan perhatian khusus terhadap organisasi kesiswaan. Ini arena yang rapuh, mereka masuk dengan berbagai program dan intens. Kami melakukan yang sama melakukan pendampingan terhadap organisasi siswa.Tidak hanya promosi dan praktiknya dan status institusionalisasinya dengan sekolah. Ini perlu kita dukung bersama sama,” kata Mutstaba Hamdi mengakhiri.
Dalam sesi Program Sekolah Damai tersebut juga menghadirkan narasumber lain yaitu Kepala Subdit PAI pada PTU Kemenag, Dr. H. M. Munir, S.Ag, M.A., Ketua Pokja Tata Kelola Peserta Didik Direktorat SMA Kemendikbud, Indah Fitoriyati, Kepala Sekolah MAN 2 Palu, Muhammad Syamsu Nursi, S.Pd.I, M.M, Kepala Sekolah SMAN 1 Palu, Dahlan Muhammad Saleh, S.Pd., M.Si. Pada sesi ini dipandu oleh Staf Ahli bidang Pencegahan BNPT yang juga Dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ), KH M. Suaib Tahir, Lc, MA, Ph.D., sebagai moderator