Jakarta – Islam merupakan agama yang diturunkan ke dunia oleh Allah SWT untuk menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia, Islam Rahmatan Lil’alamin (Islam rahmat bagi seluruh alam) dan didalam Islam sendiri terdapat beberapa firqoh (kelompok). Dalam perbedaan tersebut selalu memunculkan perdebatan diantara para pemeluknya, dan seringkali menimbulkan ketegangan didalam umat muslim sendiri.
Sebagai seorang kiai sekaligus Plt. IPIM, Prof. Dr. H. Ahmad Zahro hadir sebagai salah satu pembicara dalam Dialog Pencegahan Paham Radikal Teroris Dan ISIS DI Kalangan Pimpinan Pondok Pesantren Se-Jabodetabek untuk menguraikan bagaimana sebuah perbedaan bisa menjadi rahmat bagi semesta dan tidak disalahgunakan oleh kelompok – kelompok yang selalu mengadu domba untuk kepentinganya.
Dalam uraianya beberapa hal yang selalu menjadi perdebatan diantara firqoh – firqoh yang ada di Indonesai semenjak zaman walisongo hingga lahirnya kedua ormas yaitu Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah antara lain ;
Zikir Bersama Dengan Suara “keras’’ Sesudah Shalat Jama’ah.
Banyak sekali amaliyah nabi saw yang menceritakan oleh sahabat bahwa setiap usai shalat jama’ah beliau membaca zikir/do’a tertentu. Ini artinya nabi saw membaca bacaan tertentu yang didengar oleh sahabat.
Bedug dan/atau Kentongan
Walaupun umat islam punya cara tersendiri untuk mengundang orang shalat berjamaah di masjid, yaitu dengan adzan, namun karen waktu itu belum ada speaker maka dipakai bedug untuk memanggil atau menandakan waktu sholat sudah masuk.
Tongkat Untuk Katib.
Ada beberapa hadist sahih yang menceritakan bahwa nabi saw kalau berkhutbah selalu bertelekan pada sesuatu, terkadang pedang kadang tongkat.
Puji-pujian Antara Adzan Dan Iqamah
Puji-pujian berasal dari pola dakwah walisongo, ketika itu pemeluk agama islam semakin banyak dan berkembang dengan pesat, ketika kentongan dan bedug sudah dibunyikan dan adzan sudah dikumandangkan namun tidak banyak yang datang, oleh karena itu maka untuk menunggu jama’ah yang lain maka dilantunkan puji-pujian.
Slametan Dan Tahlilan.
Slametan dan tahlilan merupakan aktifitas sebagian umat islam indonesia yang bersal dari “kreasi” Raden Syahid Sunan Kalijaga. Sunan kalijaga mengganti sedikit demi sedikit bacaan “mantra” kejawen dengan tahlilan yang bersumber dari al-qur’an dan hadist nabi. Walaupun sempat diprotes oleh Sunan Ampel dan Sunan Giri, tapi beliau tetap bertahan karena tahlilan diharapkan menjadi pintu gerbang masuknya islam orang-orang jawa.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menggelar kegiatan Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme Dan ISIS di Kalangan Pimpinan Pondok Pesantren Se-Jabodetabek bekerjsama dengan Ikatan Persaudaraan Imam Masjid, bertempat di Hotel Kartika Chandra, (23/06/2016).