Saat ini umat sedang diadu, baik umat dari agama yang sama maupun umat beda agama. demkian disampaikan oleh Prof. ali Mustafa Yaqub, Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Imam Masjid Indonesia (IPIM) dalam dialog pencegahan paham ISIS di kalangan ikatan persaudaraan imam masdjid se-provinsi Aceh pada hari ini, rabu 30 September 2015.
Profesor yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengingatkan kepada ratusan imam masjid se-Aceh untuk jangan hanya bisa ‘ngimami’ sholat, tetapi juga mampu memberi informasi dan ajaran yang benar tentang Islam yang rahmatan lil alamin kepada seluruh umat, sehingga umat mendapat pemahaman yang utuh tentang ajaran utama Islam, yakni rahmat bagi semesta alam.
“Imam harus bisa melakukan dakwah, yakni mengajak, bukan mengejek, dan membina, bukan menghina,” ungkapnya. Ia menjelaskan bahwa saat ini ada pergeseran pola dakwah, “Ulama jaman dahulu tugasnya mengislamkan orang-orang kafir, sementara sekarang, mereka yang mengaku dai malah sibuk mengkafirkan orang Islam. Saat ini banyak kelompok yang mengaku-ngaku islam namun melakukan perusakan bangsa, umat karenanya harus selalu wapada dan hati-hati agar tidak mudah terkecoh.
Ia bercerita bahwa saat ini mulai banyak negara-negara luar yang belajar pluralisme dari Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, menteri luar negeri negara Vatikan datang dan belajar toleransi di Indonesia. Demikian pula dengan PM Norwegia yang datang dan meminta dialog antar agama di masjid Istiqlal. Baginya, sambutan positif dari negara-negara luar merupakan sesuatu yang perlu disyukuri sekaligus dijadikan sebagai tantangan, karena walau bagaimanapun Indonesia telah menjadi role model untuk toleransi.