Caracas – Presiden Venezula Nicolas Maduro menuding Presiden AS Donald Trump telah memberikan izin pada CIA untuk melakukan operasi teroris rahasia ke berbagai sasaran di Venezuela. Maduro menyebutkan beberapa sektor yang menjadi target CIA mulai dari minyak, pasokan listrik, hingga militer.
“Mereka telah memberi CIA lampu hijau untuk datang dengan agen langsung dan melakukan operasi rahasia dan teroris terhadap minyak, listrik, militer, dan target lainnya,” ungkap Maduro dalam wawancaranya dengan statsiun televisi negara, dikutip oleh Sputnik News, Rabu (23/9).
Terkait dengan masalah tersebut, Maduro juga mengklaim bahwa mata-mata yang baru ditangkap di Falcon State, sempat menjabat sebagai operator komunikasi di pangkalan CIA Irak antara tahun 2006 dan 2016.
Maduro turut menyinggung kembali keterlibatan Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA) yang dituding berperan dalam menyerang Venezuela dan menggulingkan Caracas.
“DEA tidak terlibat dengan kelompok penyelundup narkoba di Kolombia untuk menyerang Venezuela, hal yang baru adalah mereka telah menyetujui bahwa CIA terlibat di dalam operasi serangan teroris di Venezuela,” ungkap Maduro.
Awal tahun ini, 13 orang ditangkap oleh pasukan keamanan Venezuela atas tuduhan terorisme dan penyelundupan senjata. Dua di antaranya kemudian diidentifikasi sebagai warga AS dengan nama Luke Denman dan Airan Barry.
Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa kelompok tersebut terdiri dari perantara kepala kemanan presiden AS atau penasihat kemanan Donald Trump.
Menteri Dalam Negeri Venezuela Nestor Reverol mengklaim bahwa salah satu pria itu adalah agen DEA. Namun, DEA membantah tuduhan tersebut.
Tidak hanya AS, Maduro juga mengarahkan kecurigaannya kepada Presiden Colombia Ivan Duque. Menuduhnya terlibat dalam serangkaian kekacauan di Venezuela.
“Ivan Duque secara langsung mengontrol geng-geng perdagangan narkoba di sejumlah lokasi untuk mempersiapkan pasukan pembunuh bayaran dan teroris untuk datang dan menyerang Venezuela dalam beberapa minggu mendatang,” Tandas Maduro.